kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   -10.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.296   28,00   0,17%
  • IDX 7.096   -1,24   -0,02%
  • KOMPAS100 1.020   -5,39   -0,53%
  • LQ45 775   -2,57   -0,33%
  • ISSI 232   -1,58   -0,68%
  • IDX30 399   -1,83   -0,46%
  • IDXHIDIV20 460   -1,18   -0,26%
  • IDX80 114   -0,55   -0,48%
  • IDXV30 116   -0,80   -0,69%
  • IDXQ30 128   -0,39   -0,31%

Industri jamu lokal muram kena serbu produk impor


Jumat, 07 Oktober 2011 / 08:50 WIB
ILUSTRASI. Ilustrasi hacker atau kejahatan internet di Jakarta. KONTAN/Muradi/2017/05/25


Reporter: Maria Rosita | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Industri jamu dalam negeri makin muram nasibnya karena produk ilegal asal luar negeri makin membanjiri pasar. Pengusaha lokal pun ketar-ketir, mau tak mau mereka harus bersaing dengan merek tak resmi. Gabungan Pengusaha (GP) Jamu menyebutkan belakangan produk ilegal juga masuk lewat perusahaan multilevel marketing (MLM).

Charles Saerang, Ketua GP Jamu, berujar satu MLM herbal bisa meraup omzet hingga ratusan miliar rupiah saban bulan. Perusahaan itu, tak hanya memperdagangkan obat mengandung zat kimia, tetapi juga makanan dan minuman. Ironisnya, jika dibiarkan, jumlah MLM herbal yang tak jelas itu malah makin bertambah dan membuat, pangsa jamu lokal kian tergerus.

Penjualan jamu tahun 2010 mencapai Rp 10 triliun. Dia memproyeksikan tahun 2011 ini penjualan paling banter mencapai Rp 11 triliun atau naik 10%. "Perkembangan terhambat 15%-20% gara-gara jamu ilegal khususnya dari luar negeri," ujar Charles kepada KONTAN, Kamis (6/10).

Jelas hal itu membuat pasar lokal tertekan. Charles mencontohkan di Malaysia, perusahaan MLM asing tidak boleh berjualan langsung. Sedangkan di Indonesia, produk ilegal berseliweran di toko-toko. Dulunya pusat pabrik jamu ilegal di Cilacap, Jawa Tengah. Sekarang titiknya merekah mulai dari Banyuwangi hingga perbatasan dengan Malaysia di Sumatra.

Sekalipun razia terus digalakkan, masalahnya tidak bisa diselesaikan dengan mudah dan pengusaha yang tak bermasalah pun ikut jadi korban.

GP Jamu mencatat ada 1.300 perusahaan jamu di Indonesia saat ini. Sekalipun yang sempat tutup berusaha bangkit kembali, namun pertumbuhannya menunjukkan kecenderungan menurun. "Sebenarnya terlalu banyak razia juga bisa menurunkan kepercayaan masyarakat, pengusaha kecil yang legal jadi korban," keluh Charles yang juga Presiden Direktur PT Nyonya Meneer.

Betapa tidak, 200-an pabrik jamu ditutup tahun lalu. Selain karena kalah saing, perusahaan takut melanjutkan usaha. Menurut dia, jalan keluar tak lain membentuk badan khusus untuk membina pengusaha jamu. Kedua, mengedukasi masyarakat supaya paham produk ilegal dengan legal. Ketiga, pembentukan masyarakat jamu. Dengan begitu, potensi industri lokal bisa menghadang gempuran produk asing. "Mulai saja dari jamu gerobak, jumlahnya mencapai 100.000 - 200.000 orang. Kalau mereka dibina dan ditebar ke semua daerah ini ikut mengedukasi konsumen Indonesia," ungkapnya.

Sementara itu Presdir PT Mustika Ratu Tbk. Putri Kuswisnu Wardhani berpendapat tren jamu sebagai alternatif kesehatan dan kecantikan masih baik. Tapi, secara industri merek nasional pertumbuhannya terhambat. "Semakin marak jamu-jamu dari China dan Asia Tenggara lainnya, belum lagi klinik sensei menjamur," tambahnya.

Senada itu, Mulyo Rajardjo, Direktur Pengelola PT Deltomed Laboratories, berpendapat kalau produsen lokal kuat, masyarakat makin cerdas memilih produk. Artinya, tak cepat tergiur produk yang belum jelas keamanan dan prosedurnya. Sebab itu pemerintah perlu mengedukasi masyarakat. "Ketimbang perusahaan yang jujur nanti kena juga," tutur Mulyo.

Asal tahu, Deltomed adalah produsen merek Antangin JRG. Perusahaan itu memproduksi sekitar 520 ton produk jamu setiap bulannya. Salah satu langkah untuk memperluas pasar, Deltomed menaikkan kapasitas produksi 20% - 25% tahun ini. Selain untuk memacu ekspor, langkah itu bertujuan memperluas pasar lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×