kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri Kabel Tertekan Kenaikan Harga Tembaga dan Aluminium


Kamis, 24 Maret 2022 / 06:48 WIB
Industri Kabel Tertekan Kenaikan Harga Tembaga dan Aluminium
ILUSTRASI. Industri kabel tertekan kenaikan harga tembaga dan aluminium


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melonjaknya harga aluminium dan tembaga membuat industri kabel dalam negeri tak berkutik. Pasalnya, berbeda dengan industri lainnya, industri kabel tidak bisa sembarang melakukan penyesuaian produk sebagai langkah menyiasati mahalnya harga bahan baku.

Ketua Umum Asosiasi Pabrik Kabel Listrik Indonesia (Apkabel) Noval Jamalullail mengatakan, produsen kabel tidak bisa melakukan apa-apa karena naiknya harga aluminium dan tembaga.

“Hal tersebut karena produk kabel adalah produk infrastruktur yang berstandar internasional. Dan itu mempengaruhi keselamatan karena kabel adalah produk yang dapat dilalui arus listrik. Kalau kabel diturunkan spesifikasinya karena harga bahan baku mahal maka akan berdampak bahaya,” ujar Noval kepada Kontan, Rabu (23/3).

Baca Juga: Jokowi Berharap Indonesia Menjadi Pemain Penting di Industri Kendaraan Listrik Dunia

Noval melanjutkan, kondisi naiknya harga bahan baku pembuatan kabel tersebut termasuk pada kondisi yang unpredictable atau force majure yakni karena dampak perang antara Rusia dan Ukraina. Tercatat, kenaikan untuk aluminium berkisar di 40%, sedangkan untuk tembaga 11% pada awal Maret ini.

Dari kondisi tersebut tentu saja yang paling terpukul adalah pihak swasta. Noval bilang, berbeda dengan swasta PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) tidak berdampak signifikan karena terdapat Kontrak Harga Satuan (KHS) selama satu tahun yang telah ditandangani pada Oktober tahun 2021.

“Oleh karena itu, harga bahan baku yang bergerak fluktuatif tidak memberikan dampak bagi perusahaan negara karena penyesuaian harga baru akan berubah pada bulan Oktober 2022,” ujarnya.

Baca Juga: Ini Loh Alasan Industri Aluminium di Indonesia Perlu Dikembangkan

Terkait dengan pihak swasta, Noval menjelaskan, ada beberapa proyek yang dilakukan penundaan karena tidak sesuai bujet. Satu-satunya yang dapat dilakukan pihak swasta untuk mengkondisikan naiknya harga aluminium dan tembaga adalah meminta penyesuaian harga (renegotiate). Dengan demikian, produsen kabel dapat terus bergerak.

Adapun, dari kondisi-kondisi yang saat ini terjadi Apkabel memproyeksikan permintaan kabel listrik pada tahun ini bakal tumbuh 10%. Angka tersebut diakui turun dari proyeksi awal tahun sebesar 20% karena harga bahan baku yang terus bergerak naik turun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×