kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.198.000   7.000   0,32%
  • USD/IDR 16.704   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.123   23,91   0,30%
  • KOMPAS100 1.123   -0,15   -0,01%
  • LQ45 802   -0,17   -0,02%
  • ISSI 282   -0,15   -0,05%
  • IDX30 421   -0,29   -0,07%
  • IDXHIDIV20 479   -0,99   -0,21%
  • IDX80 124   0,62   0,50%
  • IDXV30 134   -0,24   -0,18%
  • IDXQ30 132   -0,41   -0,31%

Industri Kapal Haus Kucuran Kredit Bank


Selasa, 27 Oktober 2009 / 08:53 WIB
Industri Kapal Haus Kucuran Kredit Bank


Reporter: Nurmayanti | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pengusaha galangan kapal tengah kesal. Mereka melihat, perbankan nasional enggan mengucurkan kredit bagi bisnis galangan kapal. Padahal, saat ini permintaan kapal sudah mulai membaik meski belum mencapai titik normal. Artinya, kebutuhan dana pinjaman bank bakal terus meningkat.

Menurut catatan Departemen Perindustrian (Depperin), kucuran kredit industri galangan kapal baru mencapai Rp 19 triliun per tahun. ”Seharusnya nilai kredit itu bisa mencapai Rp 50 triliun per tahun. Sebab harga kapal itu memang tinggi, satu saja harganya bisa puluhan hingga ratusan miliar rupiah,” kata Sekjen Ikatan Perusahaan Industri Perkapalan dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Wing Wirjawan, (27/10).

Itu sebabnya, pertumbuhan sektor industri galangan kapal di Indonesia masih kerdil. Sektor industri ini, menurut Wirjawan, hanya mampu menyumbang sebesar 1,6% dari total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional. Angka ini kalah jauh ketimbang sumbangkan industri galangan kapal di Jepang dan Korea Selatan.

Wirjawan melihat, bank enggan mengucurkan kredit bagi galangan kapal karena belum ada payung hukum yang mampu menjamin kucuran kredit bagi industri ini. "Karena itu pemerintah harus memberikan dukungan dalam bentuk regulasi seperti mungkin subsidi bunga," jelasnya.

Soerjono, Direktur Industri Maritim dan Jasa Keteknikan Departemen Perindustrian menilai, kekhawatiran perbankan nasional dalam pembiayaan industri galangan kapal sebenarnya tidak beralasan. Sebab, rasio kredit macet (NPL) untuk pembiayaan sektor industri maritim saat ini tergolong masih kecil dibandingkan sektor lain.

Investasi Rp 11,7 triliun

Tentu, kucuran kredit bank yang seret itu membuat para pengusaha galangan kapal tak leluasa menangkap peluang dari kenaikan permintaan kapal belakangan ini. Wing menunjuk rencana Pertamina memesan beberapa kapal tanker sebagai contoh peluang itu.

Pertamina memang memesan dua kapal tanker 3.500 dead weight tonnage (DWT) senilai US$ 24 juta dari PT Daya Radar Utama (DRU). Jumlah pesanan kapal akan terus naik seiring pelaksanaan asas cabotage yang mewajibkan penggunaan kapal berbendera Indonesia di perairan dalam negeri mulai 2010.

Mengantisipasi lonjakan permintaan itu, kini para pengusaha galangan kapal tengah semangat berinvestasi. Ada enam investor yang bakal berinvestasi senilai Rp 11,7 triliun di Batam dan Lamongan, Jawa Timur. Enam investor itu antara lain PT Nanindo Batam, PT Salam Pacific Indonesia Lines, PT Dok dan Perkapalan Surabaya, PT Daya Radar Utama.

Maklum saja, pemerintah ingin menjadikan Batam dan Lamongan sentra industri galangan kapal di Indonesia. "Dan, kebutuhan investasi di Lamongan setidaknya Rp 5,7 triliun dan di Batam Rp 6 triliun," jelasnya. Dengan dukungan bank, kebutuhan investasi ini akan gampang teratasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×