kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri mainan siap tangkap peluang perang dagang AS dan Tiongkok


Selasa, 10 September 2019 / 19:51 WIB
Industri mainan siap tangkap peluang perang dagang AS dan Tiongkok
ILUSTRASI. Penjualan mainan anak


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Amerika Serikat (AS) akan memberlakukan tarif sebesar 15% terhadap produk mainan impor yang berasal dari Cina. Beberapa pihak menduga hal tersebut berpotensi mendorong peningkatan arus impor mainan dari Cina ke Indonesia. Hanya saja produsen industri mainan dalam negeri melihat hal ini sebagai peluang.

Ketua Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) Sutjiadi Lukas dalam perang dagang ini belum banyak produk mainan impor yang masuk ke Indonesia. Menurutnya justru calon investor industri mainan yang akhirnya jadi berpeluang masuk ke Indonesia. "Jadi bukan barangnya, tapi modalnya,” kata Sutjiadi, Selasa (10/9).

Baca Juga: AS siap kenakan tarif bagi mainan China, AMI: Peluang bagi Indonesia

Sutjiadi menjelaskan bahwa pemberlakuan tarif tersebut mendorong sejumlah produsen mainan Cina untuk membangun fasilitas produksinya di Indonesia. Hingga saat ini sudah terdapat lima investor yang memiliki basis produksi di Cina berminat untuk membangun fasilitas produksi di Indonesia.

Sutjiadi mengatakan bahwa meskipun pemerintah pusat sudah memberlakukan berbagai kebijakan untuk mempermudah masuknya arus investasi ke Indonesia, proses perizinan dan syarat hambatan masih banyak terjadi di daerah. “Meskipun sudah ada beberapa deregulasi tapi ada saja di pejabat daerah yang memiliki kebijakan-kebijakan sendiri,“ tambahnya.

CEO PT Sunindo Adipersada, Iwan Tjen menjelaskan meski pemberlakuan tarif baru dilaksanakan pada akhir tahun, hal tersebut akan mendorong importir mainan di Amerika Serikat untuk mencari mitra impor mainan baru dari negara-negara lain sebelum tarif berlaku. Dalam hal ini, Indonesia menghadapi kompetitor eksportir mainan dari negara-negara lain seperti Meksiko, Taiwan, Vietnam, dan Kanada.

Iwan optimis sebagai eksportir dapat memanfaatkan peluang yang timbul akibat adanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina. “Ada peluang yang luar biasa besar yang mungkin belum disadari oleh sebagian perusahaan lokal,“ kata Iwan Selasa, (10/9).

Dalam memanfaatkan momentum tersebut, PT Sunindo Adipersada akan berupaya untuk meningkatkan daya saing dengan meningkatkan meningkatkan kualitas pada produk-produk mainannya. Alhasil pendapatan ditargektan menjadi naik sebesar Rp 300 miliar hingga akhir tahun 2019. Naik dibanding pendapatan tahun lalu yang mencapai Rp 200 miliar.

Baca Juga: Sunindo Adipersada targetkan pendapatan Rp 300 miliar di tahun 2019

Sebagai informasi, PT Sunindo Adipersada merupakan perusahaan mainan yang memproduksi boneka, hand puppet, dan kostum boneka. Selama ini, pendapatan PT Sunindo Adipersada memang didominasi oleh penjualan ekspor. Penjualan ekspor menyasar di Amerika Serikat, Kanada, Australia, negara Eropa dan negara Asia.

Dari catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ekspor komoditas mainan sepanjang tahun 2018 mencapai US$ 381,2 juta, naik 16,57% dibandingkan tahun 2017 sebesar US$ 347 juta.

Terkait upaya menggenjot ekspor produk mainan nasional, Ditjen Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) telah melakukan kerja sama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan adanya fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE).

Selain itu, dalam upaya melindungi produk dan pasar dalam negeri serta menghindari gempuran produk impor yang tidak berkualitas, pemerintah menerapkan pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) mainan anak secara wajib.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×