kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri mamin bersiap ngalap berkah di bulan Ramadan


Jumat, 11 Mei 2018 / 22:37 WIB
Industri mamin bersiap ngalap berkah di bulan Ramadan
ILUSTRASI. Pertumbuhan bisnis ritel minimarket


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulan Ramadan menjadi momen yang dinanti bagi industri makanan ringan dan minuman kemasan. Pasalnya menjadi harap meraup untung lebih banyak daripada biasanya.

Peningkatan produktivitas perusahaan dipengaruhi oleh permintaan masyarakat terhadap produk makanan ringan atau minuman kemasan yang juga turut meningkat jelang bulan puasa dan Lebaran.

Selaku Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta juga memproyeksikan industri ritel pada Ramadan kali ini akan membaik daripada tahun sebelumnya.

Ia mengharapkan peningkatan produktivitas industri ritel pada Ramadan kali ini dapat meningkat sebesar 10% dari tahun lalu. “Tentunya produktivitas harus lebih baik daripada tahun lalu,” katanya, Jumat (11/5).

Tutum menambahkan meski tahun lalu pasar ritel mengalami kelesuan, namun Aprindo terus berupaya agar pasar ritel meningkat, tak seperti tahun sebelumnya. Bulan Ramadan, kata Tutum, menjadi momen bagi industri ritel untuk meningkatkan produktivitasnya. Dalam setahun, pendapatan pada bulan Ramadan dapat menyumbang 35%-40% untuk pendapatan per tahun.

Mengenai wilayah yang menjadi incaran pasar ritel, Tutum menyampaikan sampai saat ini peningkatan penjualan terbanyak masih didominasi dari Pulau Jawa, serta pulau-pulau utama lainnya. “Dengan segala upaya strategi pemasaran kami mendorong pertumbuhan pasar ritel, tapi tergantung daya beli masyarakat,” ujar Tutum.

Senada dengan Tutum, sebagai Wakil Kepala Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Sribugo Suratmo membenarkan permintaan makanan ringan dan biskuit saat Ramadan dan Lebaran akan meningkat dibanding hari biasanya. Untuk memenuhi kebutuhan pasar, perusahaan makanan ringan dan biskuit perlu meningkatkan kapasitas produksi mereka.

Sribugo menilai peningkatan produktivitas makanan ringan dan minuman kemasan pada bulan Ramadan mencapai 15% dibanding hari-hari biasanya. Kenaikan produktivitas ini meliputi semua produk seperti biskuit, permen, kopi, wafer, dan produk makan ringan lainnya.

“Kami menyetok semua produk, karena hampir semua produk kami mengalami kenaikan (permintaan),” ujarnya. Aktivitas produksi produk juga menjadi 3 shift kerja, yang sebelumnya hanya 2 shift.

Perusahaan minuman kemasan dan makanan ringan yang juga menuai berkah pada bulan Ramadan adalah PT Kino Indonesia Tbk (KINO). Jelang Ramadan tahun ini, KINO menargetkan pendapatan segmen minuman dalam kemasan dan makanan ringan naik 10% dari pendapatan Ramadan tahun lalu.

Selaku Finance Corporate Division Head KINO, Budi Muljono menyampaikan proyeksi omzet di bulan Ramadan dapat meningkat dari 25% sampai 30%. “Kenaikan dari segmen minuman kemasan dan makanan ringan kira-kira Rp 45 miliar,” kata Budi, Kamis (10/5).

Kenaikan omzet kedua segmen itu, menurut Budi tak hanya dipengaruhi daya beli masyarakat saja, tapi juga dipengaruhi oleh penjualan dari perusahaan yang memang diperbanyak sebelum Lebaran lantaran kendala logistik. “Karena Juni ada libur Lebaran, kami sering kesulitan di logistik sehingga penjualan dilakukan lebih banyak di Mei,” ujarnya.

Kenaikan penjualan yang signifikan berasal dari segmen minuman kemasan. Sedangkan untuk snack seperti permen tak begitu mengalami kenaikan. Untuk produk Cap Kaki Tiga dan Panther Energy Drink juga tidak terlalu mengalami kenaikan. Kenaikan penjualan Cap Kaki Tiga pada Ramadan hanya 25% jika dibandingkan hari biasa.

“Kalau dua produk itu meningkat produktivitasnya bukan karena dipengaruhi bulan puasa, namun karena sudah memasuki musim panas, di mana high season memang bertepatan pada Ramadan, Tapi untuk Cap Kaki Tiga, orang banyak mengonsumsi saat Ramadan untuk mencegah panas dalam,” ungkap Budi.

Produk penjualannya naik karena dipengaruhi oleh Ramadan adalah Cap Panda. Menurut Budi, produk itu memang cukup populer sebagai minuman untuk berbuka puasa. Penjualan dan produksinya meningkat sampai 100% dibandingkan hari biasanya. Produk Cap Panda sendiri merupakan produk musiman.

Selain KINO, produktivitas Orang Tua (OT) Group jelang bulan Ramadan juga melonjak jika dibanding hari-hari biasanya. Sebagai Head of Corporate and Marketing Communication OT Harianus Ikhtiar Zebua membenarkan, bulan Ramadan adalah peak season penjualan.

Meski tahun lalu kenaikan pendapatan pada Ramadan tak mencapai target. Tutum optimis bulan Ramadan kali ini dapat meraup untung dengan kenaikan 10% dari tahun lalu.

Harianus menambahkan, ia tak memasang target tinggi lantaran bercermin pada tahun lalu kondisi pasar yang tak terlalu sesuai harapan. “Rata-rata pendapatan tahun lalu memang tak terlalu menggembirakan, namun kami tetap berharap tahun ini dapat meningkat, kira-kira di atas 10%. Kami masih optimis untuk Ramadan tahun ini,” jelas Harianus ketika dihubungi, Jumat (11/5).

Guna meningkatkan produktivitas perusahaan, ada beberapa hal yang dilalukan oleh OT Group. Pertama, bergabung dengan berbagai program Ramadan, seperti bazar-bazar yang di adakan saat Ramadan, dan memperluas pasar distribusi.

“Kami sudah melakukan kerja sama dengan beberapa media untuk persiapan bulan Ramadan tahun ini, kami juga melakukan kerja sama dengan pemerintah,” ungkapnya.

Saat ini OT Group memiliki 500 titik pasar untuk target distribusi produk. Tutum menilai, pasar OT Group sudah cukup luas di Modern Trade. “Pada bulan Ramadan ini kami memang melakukan aktivitas marketing yang cukup masiv dengan harapan pendapatan lebih baik daripada tahun lalu,” kata Harianus.

Harianus optimistis Ramadan tahun ini dapat meraup untung lantaran OT Group juga telah melakukan beberapa inovasi. Sampai saat ini, semenjak kuartal I 2018 OT Group telah mengeluarkan 8 produk baru. OT Group mendorong pendapatan dengan melakukan inovasi yang lebih besar.

Bagi OT Group produk-produk yang melejit tingkat penjualannya saat Ramadan masih didomisasi oleh produk-produk wafer kaleng. “Banyak yang menggunakan untuk parsel, teh gelas juga masih menjadi produk yang tinggi peminatnya,” tutur Harianus.

Pastikan stok produk aman

Guna memenuhi permintaan pasar yang meningkat saat bulan Ramadan, Sribugo Suratmo menyampaikan ada beberapa hal yang harus dilakukan.

Pertama dengan memastikan bahan baku bahan baku terpenuhi, perusahaan dapat menyetok kemasan makanan ringan serta produk lainnya untuk kebutuhan pasar. “Pertama yang perlu diperhatikan bahan pokoknya dulu, bahan pokok ini harus dipastikan aman,” kata Sribugo, Kamis (10/5).

Proses menambah stok produk ini sudah dilakukan sebelum Ramadan, untuk melengkapi kebutuhan pasar. Salah satunya dilakukan industry makanan ringan dan minuman kemasan harus memastikan semua kebutuhan pasar terpenuhi.

“Pada bulan puasa semua outlet kita harus sudah terpenuhi, karena biasanya buying power pada Ramadan meningkat,” ujar Sribugo.

Bahkan Sribugo juga menyewakan gudang untuk stok produk sebelum Lebaran. Sribugo menjelaskan proses stok produk ini sudah harus rampung 15 hari sebelum Lebaran, mengingat transportasi berukuran besar tak dapat beroperasi menjelang Lebaran.

Kegiatan stok produk ini merata ke seluruh Indonesia, Sriboga menambahkan, dengan adanya tol laut pengiriman logistik atau proses stok produk ke seluruh Indonesia menjadi semakin baik. “Sepanjang cuaca bagus, pengiriman produk ke seluruh Indonesia lebih teratur,” ungkapnya.

Pemenuhan produk selama bulan Ramadan juga dilakukan oleh OT Group, dengan memastikan bahan baku aman, maka distribusi produk juga akan terpenuhi.

Begitu juga dengan KINO, Budi Muljono mengatakan proses stok produk sudah dilakukan sebulan sebelum Ramadan. Target utama pemasaran KINO sendiri di perdagangan tradisional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×