Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pasca penghentian ekspor bahan baku rotan, pelaku industri mebel rotan di Indonesia justru semakin kesulitan mendapatkan rotan. Akibatnya, industri mebel rotan kesulitan memenuhi order dari luar negeri.
Kelangkaan bahan baku salah satunya dirasakan oleh perusahaan mebel rotan PT Tunggul Laras, Bekasi. Manager Marketing PT Tungul Laras Sabatiana menuturkan, sejak awal Januari sudah kesulitan mendapatkan rotan. Kondisi saat ini lebih sulit dibandingkan sebelum ekspor bahan baku rotan dilarang pemerintah. "Padahal dulu kami berpikir akan lebih gambang dapat rotan dengan adanya pelarangan ekspor," ujarnya, akhir pekan kemarin.
Sabatiana menyebut, pada awal Januari, pihaknya sempat bisa memperoleh rotan, meskipun harganya sudah naik lebih dari 10%. Tapi, belakangan barang semakin langka. Dia mengaku sudah sebulan berusaha mencari bahan baku rotan jenis tertentu untuk memenuhi order luar negeri dengan waktu pengiriman pertengahan tahun 2012 ini. Tapi hingga sekarang belum bisa mendapatkannya.
PT Tunggul Laras menyuplai furnitur rotan yang kemudian dipasarkan oleh Marks & Spencer di Inggris. Selain itu, mebel rotan produksinya juga diekspor ke Australia. Dalam sebulan, pengiriman ke luar negeri mencapai hingga 4 kontainer. Masing-masing kontainer bernilai sekitar 12.000 euro.
Kelangkaan bahan baku rotan juga diakui Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Rotan Indonesia (AMKRI), Hatta Sinatra. Menurutnya solusi untuk mengatasi kelangkaan bahan baku sudah tidak bisa menunggu lagi. "Order untuk pengiriman Februari sudah terganggu, jadi harus secepatnya mendapat bahan baku rotan," kata Hatta di sela-sela acara pertemuan dengan pengusaha penghasil rotan, Jumat kemarin.
Dia bilang, kesulitan bahan baku rotan dialami di semua sentra industri rotan seperti di Cirebon, Solo dan Surabaya yang tidak mendapatkan kiriman rotan sejak Januari. Padahal, untuk Cirebon saja biasanya mendapatkan kiriman rotan sekitar 4.000 ton per bulan.
Dari pertemuan yang dilakukan dengan pengusaha penghasil rotan yang difasilitasi Kementerian Perindustrian pekan kemarin, Hatta menyebutkan, penghasil rotan juga menghadapi sejumlah kesulitan. Namun, dia mengaku sudah mendapatkan komitmen sebanyak 1.800 ton rotan dari Sulawesi yang siap dikirim ke Jawa, jika ada penyederhanaan aturan pengiriman oleh pemerintah.
Dari sisi pengusaha penghasil rotan di luar Jawa, Ketua Asosiasi Pengusaha Rotan Indonesia (APRI) Julius Hoesan mengungkapkan, kelangkaan bahan baku disebabkan banyaknya pengumpul rotan yang beralih ke profesi lain sejak ekspor bahan baku rotan dilarang. Alasannya, penghasilan mereka turun karena hanya ada 6 jenis rotan yang dipakai di dalam negeri dengan jumlah yang terbatas.
Selain itu, Julius mengatakan pengiriman rotan antar pulau semakin susah dengan adanya Permendag Nomor 36/M-Dag/PER/11/2011. Dalam aturan itu, rotan yang dikirim harus melalui proses verifikasi dari lembaga surveyor seperti Sucofindo. Selain itu, verifikasi mempersyaratkan adanya bukti pesanan dari pembeli. Padahal, rotan yang dikirim biasanya baru akan ditawarkan pada industri mebel rotan di Jawa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News