kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri minta bea masuk bijih plastik dipangkas


Rabu, 04 Maret 2015 / 12:10 WIB
Industri minta bea masuk bijih plastik dipangkas
ILUSTRASI. Teller melayani nasabah yang melakukan pembukaan rekening di Bank Syariah Indonesia Kantor Cabang The Tower, Jakarta (27/4/2023). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom.


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Federasi Pengemasan Indonesia kembali meminta bea masuk bijih plastik dibebaskan. Pasalnya industri masih memiliki ketergantungan tinggi terhadap impor bijih plastik.

Henky Wibowo, Ketua Umum Federasi Pengemasan Indonesia mengatakan bahan baku kemasan sebesar 50% masih impor. "Kami masih banyak impor bahan baku yaitu bijih plastik dari Timur Tengah," ujar Henky usai jumpa Menteri Perindustrian, Selasa malam (4/3).

Saat ini, bea masuk untuk biji plastik sekitar 10%. Diharapkan impor tersebut dibebaskan bea masuknya menjadi 0 atau paling tidak 5%.

"Di negara-negara lain di Asia Tenggara, Malaysia, Thailand, itu mereka sudah bebas bea masuk biji plastik. Ini mengurangi daya saing kita," ujar Henky.

Bahan baku biji plastik di Indonesia seperti Polypropylene, Polyethylene, dipasok 50% oleh PT Chandra Asri Petrochemichal tbk (TPIA). Namun perusahaan dalam negeri masih menjual biji plastik tersebut dengan kurs dollar.

"Di dalam negeri kami beli bahan baku dengan kurs dollar, sedang kami jual rupiah. Padahal kurs rupiah terus melemah. Saat impor, juga kena dollar sedang, kami juga masih kena bea masuk. Inilah kenapa kami minta penurunan bea masuk," ujar Henky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×