kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.001,79   8,19   0.82%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri Otomotif Tanggapi Wacana Pembatasan Penjualan Kendaraan Berbahan Bakar Fosil


Minggu, 11 September 2022 / 22:34 WIB
Industri Otomotif Tanggapi Wacana Pembatasan Penjualan Kendaraan Berbahan Bakar Fosil
ILUSTRASI. Pelaku usaha otomotif tanggapi wacana pembatasan penjualan kendaraan berbahan bakar fosil


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menanggapi wacana pembatasan penjualan kendaraan berbahan bakar fosil dalam rangka  percepatan adopsi kendaraan listrik. 

Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto mengaku belum mendengar kabar wacana pembatasan tersebut. Meski begitu, ia menegaskan bahwa pihaknya siap mendukung wacana pemerintah.

“Kami belum tahu mengenai hal ini, kami akan mendukung wacana pemerintah tersebut,” ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id (11/9).

Sebelumnya, wacana kebijakan pembatasan kendaraan berbahan bakar fosil sempat menguar di ruang pembicaraan publik. Pemantiknya ialah unggahan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, dalam akun resmi Instagramnya, yakni @luhut.pandjaitan, pada Jumat lalu (9/9).

Baca Juga: Pemerintah Akan Batasi Penjualan Mobil dan Motor Berbahan Bakar Fosil

Dalam unggahan tersebut, Luhut mengungkapkan bahwa pemerintah ingin meredam kenaikan anggaran subsidi BBM, salah satunya lewat percepatan adopsi penggunaan “Electric Vehicle” (EV) di Indonesia. Untuk itu, pemerintah, kata Luhut, tengah merumuskan berbagai kebijakan mengenai pemberian insentif bagi kendaraan EV roda dua dan roda empat.

Di sisi lain, Luhut juga mengaku tengah  meminta tim teknis yang terdiri dari lintas kementerian dan lembaga (K/L) agar menerapkan kebijakan yang setara atau lebih baik dari negara lain yang sudah lebih dahulu menerapkan kebijakan pembatasan penjualan kendaraan berbahan bakar fosil. Tujuannya ialah mendorong percepatan adaptasi penggunaan kendaraan listrik agar kebijakan tersebut bisa cepat diadopsi di Indonesia.

“Tak lupa saya juga ingatkan agar aturan yang dibuat nanti harus relevan pelaksanaannya karena program percepatan EV (electric vehicle) ini adalah komitmen bangsa untuk mengurangi subsidi dan juga tentunya menurunkan emisi karbon lewat transisi energi yang ramah lingkungan,” pungkas Luhut (9/9).

Menurut Jongkie, pelaku industri otomotif perlu melakukan perubahan dan investasi untuk memproduksi kendaraan listrik berbasis baterai alias battery electric vehicle (BEV). Hal ini lantaran kendaraan BEV memiliki sistem power train yang berbeda dengan kendaraan Internal combustion engine (ICE) atau kendaraan konvensional.

Meski begitu, perubahan dan investasi tersebut menurut Jongkie bukan merupakan sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Terlebih, BEV dan ICE memiliki persamaan  dari segi body, suspension, steering, brake dan interior system.

Namun, tantangan peralihan ke penggunaan kendaraan listrik datang dari sisi permintaan. Menurut Jongkie, saat ini daya beli masyarakat dalam membeli mobil masih berada di bawah Rp 300 juta.

“Pendapatan per kapita masyarakat kita kan masih di kisaran U$ 4300 per orang,” ujarnya.

Walau demikian, Jongkie menilai bahwa harga BEV bisa menyusut seturut upaya pengembangan industri komponen kendaraan listrik di dalam negeri. Ia juga berharap agar daya beli masyarakat bisa meningkat signifikan.

“Harapannya makin banyak komponen dibuat di dalam negeri maka biaya produksi dapat diturunkan, dan dalam beberapa tahun ke depan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia dapat meningkat signifikan sehingga mungkin harga mobil yang terjangkau ada di Rp 400 juta - Rp 500 juta,” imbuh Jongkie.

Baca Juga: Pengamat: Peralihan Masyarakat ke Kendaraan Listrik Jangan Dipaksakan

Menanggapi wacana yang  berkembang, Head of Corporate Communications Astra Boy Kelana Soebroto memastikan bahwa Astra mendukung pemerintah dalam usaha peningkatan adopsi kendaraan listrik di Indonesia.

“Kami yakin pemerintah akan mengkaji kesiapan dan dampak dari kebijakan yang akan ditetapkan, sebelum diimplementasikan,” ujar Boy kepada Kontan.co.id (11/9).

Sementara  itu, Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy menegaskan bahwa HPM  selalu mengikuti kebutuhan konsumen dan lingkungan atau infrastruktur yang tersedia dalam mengembangkan teknologi.

“Sekarang ini produk kendaraan yang sedang kami kembangkan sejalan dengan road map pemerintah, mengembangkan suatu kendaraan yang ramah lingkungan kearah full elektrifikasi,” ujar pria yang akrab dengan sapaan Billy tersebut saat dihubungi Kontan.co.id (11/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×