Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akibat harga jagung yang terus melejit membuat pengusaha pakan ternak kelimpungan. Di satu sisi pengusaha pakan tak mau rugi, namun di sisi lain melihat keuntungan tipis dari peternak ayam membuat pengusaha pakan menjadi serba-salah.
"Karena kita melihat kondisi peternak menjual ayam hidup dan harganya belum naik-naik banget ya. Jadi kita memberikan simpati dengan tidak menaikkan harga pakan," ujar Desianto Budi Utomo, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) kepada Kontan.co.id, Selasa (27/11).
Dengan berusaha untuk tidak menaikkan harga, secara tidak langsung maka pengusaha pakan akan merugi. Namun, Desianto mengaku bahwa sejauh ini pengusaha pakan belum mengalami kerugian.
"Mungkin mengurangi profit tapi kalau merugi belumnya," ungkapnya.
Guna menekan biaya produksi pakan, maka saat ini pengusaha juga mengurangi kadar jagungnya di mana sebelumnya 50%, saat ini semakin menipis dan diganti dengan substitusinya yaitu gandum.
"Kalau sekarang, pakan tidak bisa pakai 50% jagung, tapi sekarang 35 % sampai 45%. Dan harga pakan kita usahakan tidak naik sampai Desember," jelasnya.
Untuk stok jagung sendiri, saat ini mulai menipis. Sebelumnya petani jagung menyetor jagung 2 - 2,5 bulan sekali untuk memastikan kebutuhan hingga dua bulan ke depan. Saat ini petani hanya menyetor 25 hari sekali atau di bawah satu bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News