kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Peternak: Pakan ternak dari pabrikan besar tak sesuai standar kebutuhan ayam ternak


Kamis, 22 November 2018 / 21:50 WIB
Peternak: Pakan ternak dari pabrikan besar tak sesuai standar kebutuhan ayam ternak
ILUSTRASI. Peternakan ayam modern


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan pinjam jagung pada korporasi besar saat ini digalakkan pemerintah sembari menunggu jagung impor yang akan datang pada awal tahun 2019. Namun demikian, peternak keluhkan kualitas dan kadar jagung yang ada tidak sesuai standar kebutuhan ayam ternak.

“Ini sudah terkonfirmasi bahwa kandungan jagung broiler ini sekarang tinggal 25-35% yang biasanya 50-55%. Korporasi itu ngasih jagung, sementara stok jagung mereka tidak banyak,” kata Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Sugeng Wahyudi, kepada Kontan.co.id, Kamis (22/11).

Sugeng menjelaskan, normalnya kadar jagung dalam pakan ternak adalah 50% jagung. Kadar ini dinilai sebagai standar pakan ternak untuk mencukupi kebutuhan ayam dengan kualitas baik.

“Biasanya pakan ayam itu 50% jagung, tapi sekarang enggak bisa karena harga jagung yang mahal. Sehingga penggunaannya dikurangi,” jelasnya.

Menurut, Sugeng saat ini harga jagung mencapai Rp 6.150 per kg, bahkan ia membenarkan harga jagung lokal berpotensi mencapai angka Rp 7.000 per kg di awal tahun.

“Kalau jagungnya surplus mustinya harganya kompetitif dong. Saat ini data yang saya terima harga jagung 6.150 per kg . Ya semoga ada panen dan semoga impornya juga datang,” ungkapnya.

Terkait dengan polemic jagung ini, ia berharap pemerintah harus menjamin ketersediaan jagung di pasaran serta harga yang kompetitif. Kebijakan pinjam jagung bahkan dinilai hanya menyelamatkan sementara namun kualitas yang tidak optimal akan menambah kerugian peternak.

“Pemerintah seharusnya segera mengadakan jagung. Baik produk petani kita, maupun impor jadi kita harus ada ketahanan jagung yang berkaitan dengan ketahanan pangan. Ketahanan pangan itu kalau stok tidak cukup kita bisa impor ya, bukan berarti anti impor,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×