Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Pelaku industri pengalengan ikan saat ini sedang kekurangan bahan baku yakni ikan lemuru serta tuna atau cakalang. Ady Surya, Ketua Harian Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (Apiki), mengeluhkan seretnya pasokan ikan telah terjadi sejak pertengahan 2010.
Padahal, industri pengalengan ikan sedikitnya membutuhkan ikan lemuru sekitar 100.000 ton per tahun. Biasanya, 80% pasokan bahan baku dipasok dari Selat Bali, dan sisanya impor.
Kondisi ini terjadi akibat siklus 5 tahunan yang biasa terjadi pada ikan lemuru. Setiap 5 tahun sekali, ikan lemuru di laut bakal menghilang dalam jangka waktu sekitar 1 tahun. Masih ada ikan tersisa, namun jumlahnya terlampau kecil sehingga tidak layak dikalengkan. "Ini merupakan fenomena alam yang tidak bisa dicegah manusia," jelas Ady.
Kondisi serupa terjadi pada ikan tuna atau cakalang. Setiap tahun, anggota Apiki membutuhkan 300.000 ton tuna untuk dikalengkan. Namun kenyataannya, produksi tuna lokal hanya mampu menutupi kebutuhan sekitar 70 % saja. "Sisanya ya kita harus impor," kata Ady.
Ady bilang, saat ini pengusaha yang tergabung dalam Apiki sebanyak 104 perusahaan. Satu perusahaan rata-rata memiliki 1000 karyawan. "Jika kita berhenti, sekitar 14.000 karyawan bakal menganggur, makanya kita harus impor untuk memenuhi bahan baku," jelas Ady.
Sambil menunggu siklus itu selesai, pengusaha dibolehkan mengimpor lemuru sebagai bahan baku pengalengan dari negara lain. "Kalau kondisinya seperti sekarang memang dibolehkan impor," ujar Agus Apun Budiman, Direktur Sumber Daya Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Sementara itu, Agus menyatakan bahwa produksi tuna tahun ini tidak akan berbeda jauh dengan tahun 2010, karena terkait konservasi dan kelestarian sumber daya ikan. Produksi tuna tahun 2010 sekitar 207.100 ton naik 1,84 % dari tahun 2009 yang sebanyak 203.269 ton. "Tahun 2011 pun di sekitar itu," tandas Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News