kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri penyedap rasa menunjukkan pertumbuhan yang signifikan


Minggu, 23 Desember 2018 / 17:16 WIB
Industri penyedap rasa menunjukkan pertumbuhan yang signifikan
ILUSTRASI. Pabrik Ajinomoto


Reporter: Agung Hidayat, Erviana Bastian | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar produk penyedap rasa atau monosodium glutamate (MSG) terus memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan. Tak heran, banyak pemain dengan berbagai brand mulai melebarkan pangsa pasarnya di dalam negeri.

Produk yang salah satunya berbahan dasar gula mentah ini, tercatat beberapa tahun lalu menyerap sekitar 270 ribu ton gula mentah setiap tahunnya. Besarnya konsumsi tampaknya didorong meningkatnya sektor bisnis makanan di Indonesia.

"Dari indikasi yang kami dapat, (pendorongnya) karena tumbuhnya industri kuliner dan industri makanan rumahan," ujar Adhi Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Minggu (23/12). Sebagai gambaran saja, sektor makanan minuman (mamin) tiap tahunnya mampu bertumbuh kisaran 8%-10%.

Salah satu produsen penyedap rasa PT Sasa Inti juga melihat peluang pasar yang tinggi terhadap Industri ini. Untuk itu, Sasa Inti tak ragu untuk menetapkan target penjualan Rp 4,5 triliun di tahun depan.

"Optimis lah target penjualaan kita tahun depan," tegas Rudolf Tjandra, Chief Executive Officer PT Sasa Inti. Selain mengembangkan bisnis MSG, Rudolf menjelaskan perseroan juga menggenjot beberapa produk non-MSG nya yang tergolong laris di pasaran seperti tepung bumbu serbaguna, bumbu opor dan sayur lodeh, serta produk santan.

Untuk itu perseroan dituntut agar selalu inovatif mengembangkan varian terbarunya, sesuai kebutuhan pasar. Menurut Rudolf, produk yang mengisi dapur rumah tangga tersebut selalu melihat perkembangan di tengah masyarakat yang semakin modern.

Sementara itu, pemilik brand Ajinomoto, PT Ajinomoto Indonesia mengatakan rata-rata penjualan brand miliknya kisaran satu digit setiap tahunnya. "Kebutuhan MSG selalu tumbuh karena sudah masuk dalam kebutuhan pokok," ujar Tri Mulyo Indianto, Direktur PT Ajinomoto Indonesia.

Sekadar informasi, Ajinomoto Indonesia menginvestasikan dana ¥ 5,7 miliar untuk keperluan ekspansi pabrik. Dari total dana itu, sebanyak ¥ 2,5 miliar digunakan untuk investasi pabrik Sajiku dan ¥ 3,2 miliar untuk pabrik Masako.

Berbeda dengan brand Ajinomoto yang tumbuh satu digit, brand seperti Sajiku dan Masako diakui perseroan rata-rata tiap tahun mampu meningkat hingga dua digit. Di tahun lalu saja, market share Sajiku untuk kategori tepung goreng mencapai 45% dan 20% untuk kategori bumbu campuran.

Hal ini yang menyebabkan perusahaan terus berinvestasi untuk meningkatkan produksi dan pangsa pasar. Asal tahu saja, Indonesia bersama dengan Vietnam, Filipina, Thailand dan Brasil merupakan lima pasar utama Ajinomoto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×