Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri ritel fesyen nasional tengah menghadapi tekanan signifikan akibat perubahan perilaku belanja konsumen.
Salah satu indikasinya adalah tren penutupan gerai yang makin marak, termasuk keputusan terbaru dari Matahari Department Store yang menutup sejumlah gerainya. Fenomena ini menunjukkan bahwa format toko fisik tak lagi menjadi satu-satunya andalan dalam bisnis ritel saat ini.
PT Mega Perintis Tbk (ZONE), emiten fesyen yang membawahi merek seperti Manzone dan The Executive, turut menanggapi dinamika tersebut dengan strategi transformasi bisnis yang adaptif.
"Penutupan gerai adalah hal yang umum dalam industri ini, terutama bagi peritel yang masih mengandalkan sepenuhnya format fisik," ungkap Direktur ZONE, Luki Rusli, kepada Kontan, Senin (27/5).
Menurutnya, penutupan gerai biasanya terjadi karena performa yang kurang optimal, lokasi yang tak lagi strategis, hingga turunnya trafik pengunjung pusat perbelanjaan. Selain itu, migrasi konsumen ke kanal belanja digital juga memberi tekanan tambahan.
Baca Juga: Tren Belanja Berubah, Bisnis Department Store Terus Tertekan
Meski demikian, Luki menilai situasi ini tidak harus dilihat secara negatif. Justru, fenomena tersebut menjadi momen refleksi untuk para pelaku usaha agar segera melakukan optimalisasi dan transformasi.
"Bagi ZONE, ini adalah waktu yang tepat untuk mengoptimalisasi portofolio gerai agar lebih efisien dan tepat sasaran, serta mendorong penguatan kanal digital dan omnichannel," jelasnya.
ZONE juga percaya bahwa keberhasilan ritel tidak lagi diukur dari jumlah gerai semata, melainkan dari efisiensi operasional, ketepatan model bisnis, dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan pasar.
Di tengah derasnya arus digitalisasi, ZONE tidak meninggalkan peran gerai fisik begitu saja. Luki menegaskan, kanal offline masih penting untuk memperkuat identitas merek dan membangun koneksi emosional dengan konsumen.
“Digitalisasi bukan ancaman, tapi peluang. Kami melihat pentingnya mengintegrasikan kanal online dan offline untuk memberikan pengalaman belanja yang lebih menyeluruh,” ujar Luki.
Dalam menghadapi pergeseran konsumsi yang kian digital, terutama dari segmen Gen Z dan milenial, ZONE telah menyiapkan strategi khusus untuk memperkuat kapabilitas digital dan daya saing. Sebagai bagian dari strategi ke depan, ZONE terus meningkatkan kemampuan digitalnya. Perusahaan mulai memanfaatkan data dan analisis konsumen untuk memahami perilaku pasar dengan lebih baik.
Pengalaman berbelanja juga terus ditingkatkan melalui integrasi antara kanal online dan offline, yang saling melengkapi dan mendukung. Ekosistem digital yang kuat dibangun melalui keterhubungan antara e-commerce, media sosial, sistem manajemen pelanggan (CRM), hingga pengelolaan inventori.
ZONE juga aktif menggandeng influencer dan key opinion leader (KOL) untuk memperluas jangkauan dan memperkuat kehadiran merek di kanal digital. Pendekatan ini diyakini mampu membangun kedekatan emosional sekaligus meningkatkan daya tarik terhadap konsumen yang kini makin digital-native.
Dengan strategi ini, ZONE optimistis mampu menjaga daya saing di tengah disrupsi industri ritel.
“Kami yakin market digital Indonesia masih sangat besar potensinya. Fokus kami adalah membangun kapabilitas digital sebagai kanal pertumbuhan baru sekaligus sebagai sarana memperkuat hubungan dengan konsumen,” tutup Luki.
Baca Juga: Dana Investor Sudah Masuk Rp 3,7 T, Ini Cara Pemesanan Sukuk Ritel SR022 Kupon 6,55%
Selanjutnya: Hakim Vonis 6 Eks Pejabat Antam 8 Tahun Penjara Atas Dugaan Korupsi Rp 3,3 Triliun
Menarik Dibaca: Tren Ubin Terakota Gaya Barat Daya ala Joanna Gaines yang Cocok untuk Ruang Kecil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News