kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri semen minta tarif listrik turun


Kamis, 29 Januari 2015 / 11:47 WIB
Industri semen minta tarif listrik turun
ILUSTRASI. Cara Mengatasi Batuk yang Tak Kunjung Sembuh


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) minta pemerintah menurunkan tarif dasar listrik (TDL) untuk industri. Permintaan ini menyusul adanya kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga jual semen seperti yang diinginkan Presiden Joko Widodo pada pertengahan Januari lalu. 

Widodo Santoso, Ketua ASI bilang, penurunan tarif listrik akan membantu industri semen untuk menurunkan biaya produksi. "Sudah pantas harga listrik turun. Sebab harga minyak dan batubara (bahan bakar pembangkit listrik) sudah turun," tegas Widodo pada Rabu (28/1).

Permintaan industri semen agar tarif listrik ini juga memiliki alasan kuat. Sebab, indikator tarif listrik saat ini ditentukan faktor harga minyak, kurs, dan kondisi inflasi. Aturan ini tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun 2014.

Maka itu, Widodo berharap, penurunan harga tak hanya untuk semen saja, tetapi juga untuk tarif listrik. Sebagaimana diketahui, sebelumnya perusahaan semen berstatus Badan Usaha Milik negara (BUMN) diminta menurunkan harga jual semen sebesar Rp 3.000 per sak. "Penurunan harga akan berpengaruh bagi revenue kami," kata Widodo.

Salah satu alasan industri semen meminta penurunan tarif listrik karena besarnya beban produksi dari komponen listrik. Agung Wiharto, Corporate Secretary PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) bilang, beban listrik mengantongi 11% dari biaya produksi. "Energi berpengaruh atas produksi," jelas Agung kepada KONTAN, Kamis (28/1).

Namun begitu, Agung bilang, SMGR telah menjalankan instruksi pemerintah untuk menurunkan harga jual. "Kami mengikuti instruksi pemerintah untuk membantu pembangunan, dan inflasi terjaga," ujar Agung. 

Adapun dampak dari penurunan harga jual semen berpotensi menurunkan revenue SMGR. Meskipun demikian Agung optimistis, volume penjualan SMGR tahun ini masih bisa tumbuh. "Saat harga turun, permintaan bisa tumbuh," kata dia. 

Keputusan pemerintah menurunkan harga jual semen di perusahaan BUMN menuai kritik dari pengusaha semen swasta. Kritikan datang dari Erwin Aksa, President Director Bosowa Group, selaku pemilik Semen Bosowa. 

"Tak tepat seorang presiden atau pemerintah mengintervensi pasar. Apalagi produk semen ini sudah lama berkompetisi," kata Erwin kepada KONTAN, Rabu (28/1). Erwin menyatakan, dampak dari keputusan perusahaan BUMN menurunkan harga itu membuat perusahaan semen swasta mengikutinya. 

"Harga semen milik perusahaan semen lain akan turun semua. Mereka tentu mengikuti harga semen milik perusahaan semen BUMN yang menguasai pasar di beberapa daerah," tegas Erwin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×