Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Industri tekstil nasional kembali menghadapi tekanan serius. Ini karena persaingan impor dan dampak berkepanjangan pandemi, tetapi juga akibat tertutupnya akses pembiayaan perbankan.
Sejumlah bank, termasuk bank-bank milik negara, disebut ramai-ramai memberi lampu merah sektor tekstil sehingga produsen lokal kesulitan bertahan.
General Manager PT Mayer Indah Indonesia, Melisa Suria mengungkapkan sejak awal September hingga Desember, pihaknya telah mendatangi lebih dari 20 bank untuk mengajukan pinjaman modal kerja.
Baca Juga: KADIN Proyeksikan Manufaktur Mesin Utama Ekonomi 2026
Bahkan bank rekanan yang telah bekerja sama lebih dari 15 tahun pun menolak memberikan pembiayaan. Bank menyebut industri tekstil sudah terlalu "bleeding" dan berisiko tinggi untuk dibiayai.
"Mereka bilang itu adalah kebijakan bank swasta tersebut bahwa industri tekstil tidak bisa diberikan karena sudah terlalu bleeding bahasanya seperti itu," katanya.
Namun seluruh pengajuan tersebut ditolak dengan alasan industri tekstil masuk kategori berisiko tinggi. "Semua bilang, semua menolak intinya karena industri tekstil itu di lampu oren atau lampu merah. Dalam artian sangat tidak dikonsider untuk diberikan kredit atau bantuan kredit," ujar Melisa saat bertemu dengan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa di Kantor Kemenkeu, Selasa (23/12).
Padahal, PT Mayer Indah Indonesia bukan pemain baru. Perusahaan yang berdiri sejak 1973 ini memproduksi kain bordir dan kain kebaya, yang selama puluhan tahun menjadi bagian dari industri fesyen dan budaya Indonesia.
Menurut Melisa, tekanan berat mulai terasa sejak pandemi Covid-19. Produk yang dihasilkan perusahaannya mayoritas digunakan untuk busana pesta dan perayaan, sementara selama pandemi kegiatan tersebut praktis terhenti.
Setelah pandemi dicabut dan aktivitas ekonomi kembali normal, perusahaan berharap dapat kembali berbisnis secara wajar.
Namun realitas di lapangan justru semakin berat. Banjir barang impor membuat harga produk lokal sulit bersaing, sementara banyak konveksi yang menjadi pelanggan terpaksa menghentikan produksi dan memulangkan para penjahitnya.
Di tengah kondisi tersebut, Melisa sempat melihat harapan ketika pemerintah mengumumkan adanya penyaluran dana dan stimulus untuk menggerakkan perekonomian. Namun menurutnya, kebijakan itu tidak terasa di level industri tekstil.
Baca Juga: Penerapan Bea Keluar Bakal Kerek Harga Emas Dalam Negeri di Tahun Depan
Oleh karena itu, Purbaya langsung menggelar sidang perdana oleh K/L terkait untuk menyelesaikan permasalahan PT Mayer Indah Indonesia.
Dalam sidang tersebut, disepakati adanya dukungan pembiayaan melalui KUR, dimana PT Mayer Indah Indonesia agar mehubungi Kemenko Perekonomian setelah mengajukan pinjaman ke Bank Himbara dengan syarat telah menyelesaikan kewajiban BPJS Ketenagakerjaan.
Selanjutnya: Pelaku Industri Mebel dan Kerajinan Optimistis Pasar Ekspor Pulih di Tahun 2026
Menarik Dibaca: KAI Dorong Pelanggan Manfaatkan Access by KAI untuk Mudahkan Perjalanan Nataru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













