kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,06   -1,69   -0.19%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri tekstil tak bisa tolak arus digitalisasi


Minggu, 17 September 2017 / 13:52 WIB
Industri tekstil tak bisa tolak arus digitalisasi


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Arus digitalisasi di industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) tak bisa ditolak layaknya yang terjadi di sektor lainnya. Pasalnya, digitalisasi menunjang produktivitas dan efisiensi industri.

Sebagaimana disampaikan CEO and Co-Founder 88Spares.com Hartmut Molzhan dalam ajang The International Textile Manufacturers Federationn (ITMF) di Nusa Dua Bali, Sabtu (16/9) kemarin. 

"Digitalisasi itu datang untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Industri tekstil nasional yang mengambil pangsa pasar internasional 2% ini tak bisa menolak kehadiran digitalisasi yang sudah menjadi fenomena global," ungkap Hartmut dalam keterangan persnya.

Menurutnya, ada beberapa dampak dari digitalisasi yang terjadi pada sebuah industri yakni munculnya produk yang beragam, inovasi baru, dan terakhir model bisnis yang berubah. "Kita sudah lihat di industri penerbitan dengan Amazon dalam menjual buku yang mengubah semuanya. Ke depan saya prediksi ini bisa terjadi di industri tekstil dimana mass customization itu tak bisa dielakkan," katanya.

Ditambahkannya, 88spares.com dengan platform B2B marketplace ingin mendorong digitalisasi itu lebih cepat masuk ke industri tekstil nasional agar pelaku usaha Indonesia menjadi kompetitif di masa depan.

"Kita ingin menyambungkan pabrik, vendor, dan industri kecil menengah (IKM) agar bisa berbisnis secara efisien, cepat dan murah. Saat ini sudah saatnya pedagang dan pembeli melakukan perdagangan dengan cara e-Commerce yang tentunya bisa lebih efektif dan efisien dari sisi biaya dan waktu," katanya.

Ditambahkan, tekstil dan produk tekstil memang merupakan komoditas yang tidak akan pernah berhenti sehingga perdagangannya dibutuhkan dan pada akhirnya muncul pedagang baru serta menjadikan persaingan kian ketat.

Diakuinya, saat ini perdagangan suku cadang mesin industri tekstil dan produk tekstil masih didominasi oleh pedagang offline, yang banyak melibatkan pihak ketiga dalam proses transaksi sehingga harga akan lebih mahal.

"Kita ada dua fokus ketika sudah commerce. Pertama melayani kebutuhan pabrik kain untuk suku cadang. Kedua membuka akses bagi pabrik atau IKM untuk berinteraksi agar bisa mendapatkan barang murah yang ujungnya produk tekstil Indonesia itu kompetitif untuk ekspor," katanya.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengakui perdagangan dunia sedang menuju kearah perubahan dimana konsumen memegang kontrol secara penuh. Tetapi, itu semua tidak akan meninggalkan basis produksi. "Pemain yang bermain di produksi harus dapat menyesuaikan dengan permintaan dari perubahan tersebut seperti less inventory, speet to the market, dan tentunya harus diikuti oleh supply chain yang terintegrasi," katanya.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×