kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,33   -6,02   -0.65%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ingin produk UMKM bersaing di marketplace? Menteri Teten Masduki imbau ini


Senin, 08 Juni 2020 / 16:07 WIB
Ingin produk UMKM bersaing di marketplace? Menteri Teten Masduki imbau ini


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Isu dahulu bahwa produk UMKM di pasar online atau marketplace kalah mendominasi dengan produk impor diakui Menteri Koperasi dan UKM (Menkop dan UKM) Teten Masduki.

Namun kini Pemerintah disebut sudah menerbitkan aturan adanya penerapan de minimus atau tarif impor guna tekan dominasi produk impor di ranah marketplace.

"Isu dulu bahwa market online di dominasi produk asing impor itu saya kira benar dan saya kira Pemerintah coba dari segi kebijakan dengan penerapan de minimus tarif masuk produk, dan itu saya sudah jauh-jauh hari," jelas Teten dalam Webinar JAPNAS pada Senin (8/6).

Baca Juga: Herd Immunity UMKM Indonesia

Diakui juga bahwa harga yang dipatok produk impor di marketplace memang di bawah produk lokal. Teten menyebut produk impor harganya lebih murah 40%-50% dari produk UMKM lokal sejenis.

Selain itu, Teten juga menginginkan adanya semacam market intelligence berdasar teknologi AI, yang dapat dilakukan marketplace lokal untuk dapat mengetahui pola konsumsi masyarakat Indonesia.

Hal tersebut lantaran marketplace asing disebutnya memiliki market intelligence yang mengetahui persis pola konsumsi konsumen di Indonesia dari segi harga hingga spesifikasi produk yang diinginkan. Data tersebut kemudian dibagikan kepada produsen UMKM di negara tersebut.

"Memang harus diakui perusahaan marketplace online asing itu ada market intelligence, mereka tahu persis data konsumen Indonesia, kayak misal batik suka apa, barang lain suka apa, fashion misal apa. Nah info ini disampaikan ke produsen UMKM di sana sehingga UMKM produksi sesuai selera market," ungkapnya.

Saat ini Teten menyayangkan tingkat UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital masih kecil yaitu 13%. Oleh karenanya dengan adanya pandemi Covid-19 yang mengubah pola konsumsi masyarakat dari offline ke online, perlu adanya digitalisasi UMKM besar-besaran.

Baca Juga: Kemkop UKM membuka pintu kerjasama untuk pengembangan UMKM

"Nah pelatihan Kemenkop dan UKM dengan e-commerce tingkat keberhasilan masih rendah 4%-7% nah kemungkinan ke depan akan ada perubahan perilaku konsumen ke online. Dan arahan Presiden untuk digitalisasi UMKM dilakukan besar-besaran," jelasnya.

Brand image yang kuat, kualitas produk, serta kemampuan bersaing hingga respon cepat UMKM di ranah pasar online disebut Teten juga perlu diutamakan. Tak hanya itu Ia juga menyebut perlu ada satu brand yang menaungi para UMKM untuk dapat bersaing di ranah pasar online.

"UMKM produknya banyak, nah Kemenkop dan UKM ingin ada konsolidasi brand atau brand bersama. Seperti di Jepang misal produk kecil-kecil di sana jadi satu brand bersama nah akan buat penetrasi ke pasar kuat," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×