Reporter: Handoyo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Semester I tahun ini produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya diproyeksi hanya sekitar 12,94 juta ton. Perinciannya, sebanyak 11,7 juta ton berupa CPO, dan crude palm kernel oil (CPKO) atau minyak inti sawit mentah sebanyak 1,27 juta ton.
Padahal pada periode yang sama tahun lalu, produksi CPO dan turunannya tercatat sebanyak 14,7 juta ton. Dengan princian, sebanyak 13,31 juta ton berupa CPO dan CPKO sebanyak 1,38 juta ton. Dengan perhitungan tersebut maka pada semester I tahun ini produksi CPO dan turunanya menyusut sekitar 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, untuk kinerja ekspor total produk minyak sawit pada semester I tahun ini tercatat sebanyak 9,82 juta ton, atau turun sekitar 10% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 10,93 juta ton.
Penurunan kinerja ekspor tersebut terjadi pada produk turunan CPO. Sementara untuk minyak mentah mengalami peningkatan. Di semester I tahun ini, ekspor produk turunan CPO diproyeksi sebanyak 5,72 juta ton, atau turun 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 7,19 juta ton.
Untuk ekspor CPO pada semester I diproyeksi sebanyak 4,10 juta ton, atau meningkat sekitar 9,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 3,73 juta ton. "Peningkatan ekspor CPO dikarenakan adanya persoalan salah tafsir HS (Harmonized System), sehingga pengusaha lebih memilih ekspor crude oil," kata Sahat Sinaga Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Rabu (25/6).
Meski tidak merinci, Sahat bilang peningkatan ekspor CPO dibandingkan produk hilir minyak sawit tersebut lantaran carut marutnya penerapan HS untuk produk minyak sawit. Akibat perbedaan pandangan terhadap HS produk tersebut maka pengusaha dikenakan beban tambahan sebesar 1.000% dari pajak ekspor yang normal. Salah satu produk tersebut adalah heavy end palm methyl ester.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News