kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini Cara Timah (TINS) Tekan Biaya Pengolahan Hingga 25%


Rabu, 02 November 2022 / 18:03 WIB
Ini Cara Timah (TINS) Tekan Biaya Pengolahan Hingga 25%
ILUSTRASI. Aktivitas pekerja?PT Timah Tbk (TINS)


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) melakukan tranformasi teknologi pengolahan timah kadar rendah dengan membangun Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace di Kawasan Unit Metalurgi Muntok, Kabupaten Bangka Barat yang akan mulai commisioning pada akhir November 2022.

Sekretaris Perusahaan TINS Abdullah Umar Baswedan menyatakan, dengan beroperasinya Ausmelt dapat menekan cost pengolahan sebesar 25% dibandingkan dengan menggunakan Reverberatory furnace.

“Tujuan transformasi teknologi pengolahan ini untuk optimalisasi teknologi, peningkatan kapasitas, efisiensi produksi dan keselamatan serta kesehatan lingkungan,” jelasnya dalam keterangan resmi, Rabu (2/11).

Abdullah menerangkan, dengan beroperasinya TSL Ausmelt Furnace dapat meningkatkan efektifitas produksi dengan proses pengolahan yang lebih efisien.

Baca Juga: Ini Tujuan Timah (TINS) Menerbitkan MTN Senilai Rp 626 Miliar

Dalam kunjungan Presiden Joko Widodo pada 20 Oktober lalu ke proyek pembangunan Ausmelt Furnace yang di kolaborasi kan bersama PT Wijaya Karya sebagai bentuk sinergi BUMN. Presiden menyampaikan bahwa kehadiran TSL Ausmelt Furnace sebagai upaya untuk mendorong hilirisasi dalam konteks ketersediaan mineral timah sebagai komoditas.

TINS juga menggandeng Outotec australia yang berpusat di Finlandia sebagai provider teknologi TSL Ausmelt Furnace.

Kemudian, pembangunan TSL Ausmelt Furnace  sendiri adalah strategi untuk menjawab tantangan yang dihadapi industri pertambangan timah saat ini. Dimana ketersediaan biji timah dengan kadar tinggi atau di atas 70% Sn sudah terbatas.

Teknologi peleburan timah yang dimiliki Timah saat ini, Tanur Reverberatory tidak mempunyai fleksibilitas mengolah konsentrat bijih Timah kadar rendah (< 70% Sn).  Selain itu, membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk melebur timah dan terak.

Tanur Reverberatory menggunakan bahan bakar minyak (marine fuel oil) dengan reduktor batu bara jenis antrasit yang lebih banyak dan membutuhkan biaya yang relatif besar.

Untuk mampu bersaing dengan industri pertambangan timah dunia, Timah harus menekan cost produksi sehingga penggunaan teknologi menjadi hal yang harus dilakukan untuk menjawab tantangan ke depan.

 

Dengan TSL Ausmelt Furnace, diharapkan mampu mengolah konsentrat bijih timah dengan kadar rendah mulai dari 40% Sn, dengan kapasitas produksi 40.000 ton crude tin per tahun atau 35.000 metrik ton ingot per tahun.

Selain itu, dari sisi pengoperasian TSL Ausmelt Furnace dilakukan dengan proses otomasi dengan sistem kontrol.

Untuk bahan bakar dan reduktor, TSL Ausmelt menggunakan batu bara jenis Sub-Bituminus yang cenderung lebih mudah didapatkan di Indonesia.

Waktu pengolahan juga lebih singkat, untuk satu batch pengolahan hanya membutuhkan waktu sekitar 10,5 jam. Sedangkan pada Reverberatory membutuhkan waktu 24 jam per batch.

Selain itu, di tengah gencarnya isu lingkungan yang menyoroti perusahaan pertambangan, TSL Ausmelt lebih safety dan menerapkan teknologi ramah lingkungan karena dilengkapi dengan Hygien Sistem dan Waste Water Treatment.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×