Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. ExxonMobil selaku operator pertama kali menemukan lapangan Banyu Urip dengan cadangan mencapai 450 juta barel. Mulai berproduksi pada 2008 dengan kapasitas 20.000 barel per hari (bph) di tahun 2009, hingga terus naik sampai 220.000 bph.
Pada awal bulan Desember 2018, cadangan Blok Cepu meningkat setelah operator melakukan pembaruan data seismik reprocessing guna meningkatkan gambaran di bawah permukaan tanah. Cadangan Lapangan Banyu Urip mengalami penambahan dari 729 juta barel menjadi 823 juta barel.
Tak puas di situ, pada tahun 2011, ExxonMobil kemudian menemukan cadangan baru di lapangan Kedung Keris dan akan beroperasi penuh pada Kuartal III tahun 2019 dengan proyeksi penambahan produksi sebesar 10.000 bph.
Kini, Blok Cepu didaulat sebagai andalan utama lifting minyak nasional menggeser Blok Rokan yang hanya memproduksi rata-rata 190.000 bph lantaran masuk dalam kategori mature. "Secara alamiah, kalau minyak diambil terus menerus ya abis," jelas Djoko Siswanto Dirjen Migas Kementerian ESDM, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (13/1).
Perlu diketahui, dalam proposal pengembangan (PoD) yang disetujui di awal, produksi Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu hanya sebesar 165.000 bph. Namun kini sudah mencapai 220.000 bph.
Peningkatan produksi Blok Cepu ini juga bukan yang pertama kali. Tahun 2017, produksinya meningkat menjadi 185.000 bph dan tahun ini ditargetkan sebesar 216.000 bph.
Djoko bilang, peningkatan produksi ini terjadi berkat pemasangan fasilitas alat pendingin (cooler) yang dilakukan ExxonMobil selaku operator Blok Cepu.
"Blok Cepu itu kan sekarang menyalip Chevron (Blok Rokan), dia awal Plan of Development (POD) 165.000 barel, lalu kami upayakan ke 185.000, lalu naik ke 220.000, itu upayanya dengan memasang fasilitas cooler," jelas Djoko.
Secara umum, lifting minyak pada tahun 2018 mencapai 778.000 bph. Sedangkan lifting gas sebesar 1.139 Million Barrel Oil Equivalent Per Day (MBOEPD)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News