Reporter: Marga Raharja, Markus Sumartomdjon | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Siapa yang tidak kenal pengusaha gaek yang akrab dipanggil Bob Sadino yang kini telah berusia 79 tahun ini? Pria berkumis putih yang ke mana-mana masih lebih senang mengenakan hem lengan pendek dan celana pendek ini, memang kondang sebagai pebisnis sektor agribisnis.
Sejumlah pembeli di gerai Kem Chicks, Kemang, Jakarta Selatan juga akrab dengan Bob. Maklum, Bob setiap hari masih menyambangi gerai Kem Chicks yang ia bangun di Jl Kemang Raya tersebut, walau sekadar untuk menyapa para pelanggannya.
Bob menyatakan, bisnis Kem Chicks tidak terpengaruh oleh serbuan peritel asing di Indonesia. "Anda mungkin berfikir, bisnis saya mestinya mati dengan masuknya "gajah-gajah" tersebut? Buktinya tidak," kata Bob.
Pria kelahiran Lampung, 9 Maret 1933 ini menyatakan, secara umum laju perusahaannya masih bagus. Penjualannya masih terus meningkat walau gempuran peritel asing makin membuncah. Sayang, dia enggan mengungkapkan omzet perusahaannya. "Kalau Anda menanyakan omzet saya, itu sama saja Anda menanyakan celana dalam saya," begitu cara dia mengelak menyebutkan nilai penjualan bisnisnya.
Sejauh ini, Bob Sadino memiliki sejumlah perusahaan. Misalnya, PT Boga Caturrata, pengelola gerai ritel Kem Chicks. Ada lagi PT Kems Farm Indonesia, perusahaan pengekspor sayuran dan buah-buahan. "Saya masih pemilik tunggal perusahaan itu," tandas Bob Sadino, Kamis (23/2) kepada KONTAN.
Namun, ia telah menjual seluruh saham perusahaannya yang bergerak di bidang pengolahan daging, yaitu PT Kemang Food Industries atawa Kemfood. "Dan itu saya jual karena harganya bagus," kata Bob.
Di luar bidang agribisnis, Bob memiliki saham perusahaan properti. Saat ini, dia tercatat sebagai salah satu pemilik perusahaan pengelola apartemen mewah, The Mansion. Apartemen ini dibangun Bob bersama dengan pengembang properti Grup Agung Sedayu di atas lahan Kem Chicks, Kemang.
Bob Sadino juga memiliki perusahaan katering, percetakan dan biro jasa perjalanan.
Kem Chiks punya pelanggan sendiri
Di antara sederet usahanya, swalayan Kem Chicks paling identik dengan Bob Sadino. Walau jaringan gerainya tak menggurita, toko swalayan ini tenar sebagai pusat belanja aneka bahan makanan yang menyasar kalangan atas.
Bob mendirikan swalayan Kem Chicks tahun 1970. Tonggak bisnis ritel Kem Chicks berawal dari sebuah toko kecil yang dia dirikan di rumahnya. Lama kelamaan, toko itu berkembang dan berubah menjadi swalayan.
Boleh dibilang, Kem Chicks nyaris tanpa ekspansi penambahan gerai. Sejak awal berdiri sampai tahun 2007, gerai Kem Chiks hanya satu. Barulah pada tahun 2007, Kem Chicks membuka outlet baru seluas 2.500 meter persegi di Pacific Place, Jakarta.
Bob bekerja sama dengan Suzy Dharmawan, putri pengusaha bidang ritel, Hari Dharmawan, untuk membuka gerai baru Kem Chicks di Pacific Place. " Saya memilih keluarga Hari Dharmawan karena satu visi, yakni membangun jaringan ritel lokal yang berpikir global," kata Bob.
Sebelum peritel modern menyerbu Indonesia, Bob mengakui masih menikmati pertumbuhan penjualan yang lumayan setiap tahun. Belakangan ini, seiring dengan menjamurnya ritel modern, jumlah pengunjung Kem Chiks mulai menurun.
Sebelumnya, tiap hari rata-rata sekitar 1.000 orang mengunjungi Kem Chicks Kemang. Kini jumlahnya menyusut menjadi sekitar 600 hingga 700 orang per hari.
Pengunjung gerai Kem Chicks di Pacific Place lebih banyak lagi. Jumlahnya bisa dua kali ketimbang pengunjung Kem Chicks Kemang.
Di masa jayanya, 99% pengunjung Kem Chiks berasal dari kalangan ekspatriat. "Saat ini, fifty-fifty, antara ekspatriat dan pembeli dari orang lokal," kata Bob.
Toh, dia tak mengkhawatirkan perkembangan bisnisnya. Baginya, bisnis ritel tetap menarik dan memiliki prospek cerah. "Semua bisnis itu grafiknya selalu seperti gergaji. Bisnis yang grafiknya lurus terus itu tidak ada," kata Bob.
Apalagi, Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi bisnis ritel. Selain jumlah penduduknya yang amat besar, daya beli masyarakat Indonesia juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Yang penting, tambah Bob, setiap pebisnis harus memiliki keunggulan dan ciri khasnya sebagai pembeda dengan para pesaingnya.
Bob mencontohkan, salah satu kekhasan Kem Chiks adalah menjual beragam produk yang tidak ada di tempat lain. Misalnya sayuran impor, begitu pula dengan daging. "Masih banyak hal-hal yang membedakan antara supermarket yang satu dengan yang lainnya. Kesimpulannya, Kem Chiks tidak punya saingan," tandas Bob.
Banjir order dari Jepang masuk ke Kems Farm
Selain Kem Chicks, Bob juga mengandalkan bisnis Kems Farm Indonesia. Ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang ekspor sayuran ke Jepang.
Perusahaan eksportir produk agribisnis milik Bob ini berpusat di Semarang, Jawa Tengah. Bob mendirikannya pada tahun 1980.
Sama seperti Kem Chicks yang amat fokus membidik pasar di segmen tertentu, Kems Farm juga berfokus hanya memasok sayuran ke pasar Jepang. Ada tiga jenis produk yang kini menjadi andalan Kemfarm, yaitu terung, lobak dan ubi manis. "Saya merasa bangga, perusahaan yang mempekerjakan 100 orang karyawan ini mampu bersaing dengan produk-produk pertanian dari China," kata Bob.
Sebelum gempa bumi dan tsunami melanda Jepang pada Maret 2011, Kems Farm rata-rata mengekspor sekitar 10.000 ton per bulan. Namun, sejak musibah tragis melanda Negeri Sakura itu, permintaan terhadap produk Kems Farm justru meningkat sekitar
10%-20% ketimbang permintaan sebelum gempa.
Persoalannya, Kems Farm masih kesulitan menambah kapasitas produksi dan memenuhi tambahan permintaan tersebut. Maklum, dunia agribisnis sangat tergantung cuaca. Masalahnya, cuaca saat ini sedang tidak menentu sehingga produksinya pun sulit ditebak. Di sisi lain, areal lahan pertanian semakin sempit karena terkikis oleh kawasan pemukiman.
Kabar yang beredar, Bob akan menjual Kems Farm. Benarkah, Om Bob? "Seperti halnya dengan Kemfood, kalau harga yang ditawarkan bagus, Kems Farm saya jual," kata Bob.
Namun, dia buru-buru menyatakan bahwa dia tidak sedang menawarkan perusahaan agribisnis yang dia bangun tahun 1980 itu. Bukan semata-mata tak ada penawaran yang bagus. Lebih dari itu, dia selama ini menggandeng banyak petani di Jawa Tengah sebagai pemasok Kems Farm. Dia khawatir, para petani akan merana bila dia menjual perusahaan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News