kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini dua hambatan UMKM menembus pasar ekspor


Sabtu, 09 November 2019 / 08:17 WIB
Ini dua hambatan UMKM menembus pasar ekspor
ILUSTRASI. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jatim Difi A Johansyah. Hari ketiga FESyar Surabaya capai Rp 19 triliun business matching. KONTAN/Ratih Waseso


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - SURABAYA. Gaung produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masuki pasar internasional semakin keras terdengar. Namun nyatanya masih ada hambatan yang disebut menjadi tantangan dalam para pengusaha UMKM untuk mengekspor produknya ke luar.

Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur Difi A Johansyah menjelaskan ada dua hambatan yang kini ada. Pertama adalah perihal selera pasar di mana apa yang diproduksi di Indonesia belum tentu selaras dengan selera pasar mancanegara.

Baca Juga: BI: Diaspora Indonesia jadi pasar UMKM masuk pasar mancanegara

"Misal keripik pisang di Malaysia sukanya rasa original, tapi banyak kripik pisang kita diolah jadi rasa manis. Selama ini kitakan kirim raw dan diproses diluar, tapi inginnya UMKM itu ekspor dengan brand mereka sendiri. Jadi ada dilema," kata Difi saat acara Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Indonesia 2019 di Grand City Surabaya, Jawa Timur pada Jumat (8/11).

Kedua, hambatan ada di pengurusan dokumen. Banyak eksportir atau pelaku UMKM ini melakukan semua proses hulu ke hilir produknya secara sendiri dan tak sedikit pula yang masih belum paham betul pengurusan dokumen.

"Urusan dokumen mereka ada yang nggak mengerti nah kita akan sosialisasi nanti kerja sama dengan bea cukai cara pengurusan dokumen, ada juga asosiasi yang mau bantu para UMKM buat urus dokumen," terangnya.

Baca Juga: BI turut bantu akses UMKM masuk pasar ekspor

Difi menyebut ke depan diharapkan akan adanya semacam agensi yang mampu membantu urusan dokumen dari para UMKM yang sudah dapat melakukan ekspor.

"Ada negara yang cukup cerewet soal standar misalnya expired, kan tahu IKM kita hulu sampai hilir dikerjakan sendiri, nah kalau ada agensi kita bisa merekomendasikan tapi dengan biaya yang tidak beratkan IKM itu sendiri," sambung Difi.

Dua hal itu kini yang menjadi hambatan para UMKM dapat melenggangkan produknya di pasar internasional. Sedangkan masalah kemasan Difi menyebut saat ini sudah sangat meningkat terlihat sudah banyak UMKM yang kemas produknya dengan desain modern.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×