kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,64   -17,87   -1.91%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini outlook industri telekomunikasi tahun depan


Senin, 02 Desember 2019 / 18:52 WIB
Ini outlook industri telekomunikasi tahun depan
ILUSTRASI. Teknisi XL Axiata melakukan pemeliharaan perangkat BTS (Base Transceiver Station) di lokasi tower di Nawangkewa, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (27/10/2019). Layanan data XL Axiata sudah bisa dinikmati oleh masyarakat di 22 Kabupaten/K


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melalui gelaran Telco Outlook 2019 bertajuk "Megatrends in Telecom: Tergeting Blue Ocean for Growth", Beberapa perusahaan telekomunikasi optimistis melihat prospek industri pada 2020 mendatang.

Direktur Keuangan Telkomsel, Heri Supriyadi melihat, pertumbuhan penggunaan kuota data di Indonesia bisa melampaui Thailand pada tahun depan.

Baca Juga: Strategi Berhasil, Telkom Bukukan Peningkatan Laba Bersih 15,6%

"Sejak adanya registrasi sim card, kami mendulang kenaikan atau rebound dari konsumsi data. Ke depannya, bila ada partnership sinergis tentu akan lebih besar pertumbuhannya," jelasnya saat ditemui di Aston Priority Hotel, Jakarta Selatan, Senin (2/12).

Sebagai informasi, selain mendulang kenaikan dari registrasi simcard, Telkomsel juga menjadi perusahaan telekomunikasi pertama yang menguji coba frekuensi 3,5 Ghz untuk jaringan internet generasi kelima atau 5G. Perusahaan tersebut juga menggunakan satelit milik Telkom untuk menyediakan layanan internet generasi kelima itu.

Henry berkata, dengan modal tersebut pihaknya tidak perlu khawatir bersaing dengan sesama pemain di industri telekomunikasi. "Sepanjang ada player yang sehat, maka persaingan pun akan sehat. Tentu ini akan menjadi potensi kolaborasi ke depannya," ujar Henry.

Baca Juga: Bangga! Indonesia juara dunia kompetisi PUBG Mobile Club Open 2019

Senada, Yessie D. Yosetya, Direktur Teknologi XL Axiata menjelaskan jika pihaknya juga mendulang keuntungan dari penggunaan kuota data sebesar 80%. Menurutnya hal ini merupakan salah satu bentuk transformasi luar biasa.

Yessie berkata, ke depannya tekanan untuk memonetisasi kuota data akan terus ada, sehingga kebutuhan membangun infrastruktur terus berjalan.

"Tahun depan, wacana resesi global mewarnai prakiraan ekonomi. Tapi, percayalah, walau hal itu terjadi, kebutuhan pulsa masih menempati kisaran maksimal 10% dari anggaran kebutuhan seseorang," tuturnya.

Hendry Mulya Syam, Chief and Sales Distribution Officer Indosat Ooredoo memberi contoh, pada masa resesi tahun 1998 silam, industri telekomunikasi tidak terkena goncangan berarti.

Baca Juga: Indosat (ISAT) rampungkan transaksi penjualan menara ke Protelindo

"Justru kalau stress, orang butuh informasi dan telekomunikasi. Kami yakin, bagaimana pun keadaan ekonomi pada 2020, revenue bisa tumbuh," ujar Hendry.

Sementara Hutchison Tri Indonesia melihat optimisme pertumbuhan industri telekomunikasi dengan getol memasang target 8.000 bts dan ekspansi ke daerah baru.

Riza Taufan, Application Hutchison Tri Indonesia berkata sampai saat ini pihaknya sudah menyelesaikan pembangunan 60% atau setara 5.000 bts dari target yang ditetapkan.

Baca Juga: Erick Thohir: Dari total laba BUMN Rp 210 triliun, 76% hanya dari 15 BUMN

"Kami memproklamirkan diri sebagai lifestyle provider dan data subscriber. Dari sini kami sudah tahu target pasar siapa saja, yakni 90% milenial. Maka yang bisa dilakukan adalah memperkuat infrastruktur agar lebih maksimal menyesuaikan konten untuk para milenial," tutup Riza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×