kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini strategi yang harus dilakukan untuk mencapai kemandirian industri baja nasional


Jumat, 08 Oktober 2021 / 16:47 WIB
Ini strategi yang harus dilakukan untuk mencapai kemandirian industri baja nasional
ILUSTRASI. industri logam dasar


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk mencapai kemandirian industri baja nasional diperlukan strategi yang jelas. Strategi itu harus dilakukan dengan memperhatikan antara produksi dalam negeri, konsumsi domestik, penurunan impor serta adanya investasi.

Direktur logam Dirjen ILMATE Kementerian Perindustrian, Budi Susanto dalam webinar bertajuk "Kemandirian Industri Baja Nasional dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional” mengungkapkan, Kemenperin sudah memiliki rencana induk pengembangan industri besi dan baja nasional tahun 2015-2035. Untuk rencana tahap kedua yakni tahun 2020-2024, kapasitas produksi industri besi dan baja ditargetkan mencapai 17 juta ton.

Tahun ini ditargetkan bisa mencapai 11,9 juta ton dan hingga April 2021 sudah tercapai 11,7 juta ton. "Mudah-mudahan dengan beroperasinya fasilitas LSM dari Gunung Rajapaksi yang 11 juta ton ini nanti bisa terpenuhi. Kemudian Cilegon karena kita sudah sebut sebagai kota baja kita juga canangkan ada cluster 10 juta ton.  Dari tahun 2019 -2022 sudah kita canangkan bisa tambahan produksi 6,9 juta ton," kata Budi keterangan resminya, Jumat (8/10).

Budi menjelaskan, menurut data dari Badan Pusat Statistik 5 Agustus lalu, sektor konstruksi yang membutuhkan banyak baja dan besi sebagai material konstruksi tumbuh 4,42%. Pertumbuhan ini terjadi karena adanya realisasi belanja pemerintah untuk konstruksi yang mengalami kenaikan sebesar 50,52%. 

Selain itu, pertumbuhan tersebut juga didukung oleh  kebijakan PPnBM (Pajak Penjualan untuk Barang Mewah) untuk otomotif. Kebijakan ini juga mendorong pemakaian baja juga yang pada akhirnya meningkatkan impor besi dan baja.

Baca Juga: Tambah Kapasitas Produksi, Krakatau Steel (KRAS) Segera Mengoperasikan Pabrik Baru

Dalam kesempatan yang sama, Vice Presiden Tatalogam Group  Stephanus Koeswandi mengatakan, ekonomi nasional bisa meningkat jika ada beberapa factor pendukung seperti investasi, konsumsi, ekspor/impor dan kemajuan teknologi.

“Ekonomi nasional bisa meningkat kalau ada investasi, adanya konsumsi, dan juga ekspor impor, Kemudian yang terakhir percaya teknologi. Pengaplikasian industri 4.0 akan mempercepat lagi. Jadi 4 hal itu yang kami selalu usahakan di dalam perusahaan kami ini,” kata Stephanus.

Namun, Tatalogam sebagai perusahaan baja ringan terbesar di Indonesia  masih menghadapi beberapa permasalahan dalam menggapai tujuan kemandirian baja nasional.

"Saat ini banyak baja beredar di pasar dengan ketebalan di bawah 0,2. Produsen baja dalam negeri tidak bisa membuat baja seperti itu karena sudah ada SNI. Maraknya baja dengan ketebalan seperti itu lantaran ada satu-dua dari pelaku industri mengundang baja impor masuk. Akibatnya, beberapa tahun terakhir banyak sekolah, rumah sakit dan fasilitas umum lain yang ambruk. Jadi kami mohon ke pemerintah untuk memperhatikan baja non standard ini," imbuh Stephanus.

Dia mengatakan, ada 5 strategi yang bisa dilakukan guna mencapai kemandirian Industri baja nasional. Pertama, menegakkan standar yang tegas dan wajib, khususnya untuk SNI dan meningkatkan TKDN.

Kedua, meningkat investasi industri baja yang mengedepankan teknologi yang ramah lingkungan. Stephanus berharap pemerintah lebih selektif terhadap Penanam Modal Asing (PMA) sehingga State of The Art pada Industri 4.0 memiliki DNA. Jika tidak maka yang datang adalah mesin bekas yang tidak ramah lingkungan.

Ketiga, melibatkan UMKM secara massif menjadi strategi yang cukup berguna untuk meningkatkan industri kecil di pelosok-pelosok agar mereka lebih berkembang. Keempat, meningkatkan ekspor. Tatalogam sudah melakukan ini yang tujuannya agar perseroan bisa meningkatkan kualitas dan service sehingga produk dan pelayanan mengikuti standar internasional.

Kelima,  menerapkan strategi metode Inovasi CPM yaitu Channel, product, marketing. Channel adalah cara distribusi dari pabrik hingga ke tangan pelanggan yang mengadopsi digital channel dan juga pelibatan UKM. Inovasi Product yang tak pernah berhenti, kemudian Marketing yang dapat menyentuh langsung ke pelanggan.

Selanjutnya: Ekspor nikel olahan kadar 40% akan dilarang, bagaimana prospek saham nikel?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×