kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini tantangan industri properti tahun depan versi Sri Mulyani


Senin, 17 Desember 2018 / 17:08 WIB
Ini tantangan industri properti tahun depan versi Sri Mulyani
ILUSTRASI. Menkeu Sri Mulyani


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar properti sepanjang 2018 masih mengalami kelesuan. Tahun depan, tantangan industri ini diperkirakan masih akan berat meskipun sudah banyak insentif yang sudah dikeluarkan pemerintah untuk menggairahkan pasar.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ada faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan industri properti tahun depan yakni suku bunga dan faktor porsi fiskal.

Suku bunga patut diwaspadai karena keterkaitannya dengan dinamika global. Menjelang tahun 2019, banyak sekali warning outlook ekonomi yang harus diperhatikan.

"The Fed masih berencana menaikan suku bunga. Jumlah uang dollar yang akan beredar akan semakin terbatas ke depan," jelas Sri Mulyani di acara Property Outlook 2019, Senin (17/12).

Selain itu, lanjut Sri Mulyani, ketegangan antara AS dan China juga masih belum mereda sehingga akan menambah ketidakpastian tahun 2019.

Itu sebabnya, pemimpin negara G20 di pertemuan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) yang digelar di Argentina sudah merevisi outlook ekonomi tahun depan. Begitu juga dengan IMF telah merevisi turun target pertumbuhan ekonomi global dari 3,9% menjadi 3,5%

Kedua faktor itu tentu akan berdampak ke negara lain termasuk Indonesia. Untuk mengantisipasi keadaan itu maka harus disesuaikan dengan kebijakan suku bunga dalam negeri.

Jika dollar semakin menguat maka nilai tukar rupiah akan tertekan. Jika itu terjadi maka potensi kenaikan suku bunga acuan di dalam negeri juga akan tinggi dan inilah yang akan mempengaruhi industri properti. Suku bunga kredit tentu akan semakin meninggi.

Sementara terkait faktor fiskal, industri properti sangat dipengaruhi oleh kebijakan perpajakan . Sri Mulyani bilang, semua rezim perpajakan akan menentukan apakah properti tumbuh atau tidak.

Oleh karena itu, Kementerian Keuangan akan tetap memperhatikan pertumbuhan industri properti dan konstruksi dalam menetapkan kebijakan perpajakan.

Kementerian keuangan menginginkan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkeadilan. Untuk mencapai itu, maka industri konstruksi dan properti harus juga menjadi perhatian utama mengingat keduanya memiliki banyak multiplier effect.

"Kami sudah bertemu dengan Kadin dari sektor properti membahas mengenai kebijakan perpajakan untuk meningkatkan kegiatan sektor properti di Indonesia. Kita akan evaluasi di sektor PPnBM." kata Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×