Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Anna Suci Perwitasari
Ketiga, konsumen di era modern cenderung memiliki kebiasaan belanja yang memanfaatkan platform online sekaligus offline. Menurut data dari McKinsey, 20% pelanggan Indonesia biasanya melakukan riset produk di toko online sebelum akhirnya membeli produk di toko offline.
“Kedua segmen semakin terikat dan tak terpisahkan. Bila brand memiliki presensi online yang baik, maka penjualan offline pun akan meningkat,” tambah Brian.
Menanggapi ketiga tren tersebut, brand dan pemilik bisnis perlu semakin cermat dalam memahami strategi yang dibutuhkan untuk memaksimalkan pertumbuhan bisnis. Brian menekankan bahwa peluang besar industri e-commerce Indonesia tahun 2020 terbagi menjadi 3 pilar utama, yaitu:
- Brand.com, atau website yang dibangun khusus sebagai toko online sebuah brand. Membangun brand sendiri tidak bisa lepas dari membangun presensi dan identitas online dan salah satu cara utamanya adalah dengan membangun situs/toko online sendiri.
- Marketplace, yaitu kanal yang memfasilitasi transaksi jual beli online, seperti Tokopedia, Shopee, JD.ID, dan Lazada. “Di permulaan, bisnis perlu memilih platform yang sudah populer terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk membangun basis pembeli yang solid. Kemudian, dari sana pemilik bisnis bisa fokus dalam mengembangkan situsnya sendiri,” ungkap Brian.
- Penyediaan fitur chat commerce yang memfasilitasi interaksi penjual dengan pembeli melalui chat. Ini merupakan solusi dari transaksi reguler yang memakan waktu dan kurang efisien bagi kedua pihak. Dalam waktu dekat, SIRCLO akan meluncurkan fitur ini untuk penggunanya. “Kami tengah menyiapkan layanan yang memungkinkan penjual mengintegrasikan dan menampilkan katalog produk mereka dalam chat room untuk mempermudah penjualan produk ke banyak pelanggan sekaligus,” kata Brian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News