Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Manajemen PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tengah menawarkan pensiun dini kepada karyawannya. Pandemi Covid-19 menyebabkan kinerja Garuda Indonesia tertekan
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam keterangan resmi, Jumat (21/5/2021) menyampaikan bahwa pihaknya tengah dalam tahap awal penawaran program pensiun yang dipercepat, bagi karyawan yang memenuhi kriteria dan persyaratan keikutsertaan program tersebut. Penawaran program ini dilakukan sejalan dengan upaya pemulihan kinerja usaha yang tengah dijalankan GIAA supaya bisa lebih sehat, serta adaptif menjawab tantangan kinerja usaha di era kenormalan baru.
Pensiun dini di Garuda Indonesia sepertinya adalah jalan terbaik bagi perusahaan dan karyawan. Pasalnya, Garuda Indonesia diperkirakan akan kembali rugi pada tahun ini karena pandemi covid-19 yang masih belum tuntas.
Hingga kuartal ketiga 2020, pendapatan Garuda Indonesia ambles 67,85% menjadi US$ 1,14 miliar, dari sebelumnya US$ 3,54 miliar pada kuartal ketiga 2019.
Garuda Indonesia pun membukukan rugi bersih US$ 1,07 miliar. Kondisi ini berbalik dari kuartal ketiga tahun sebelumnya yang masih mendulang laba bersih US$ 122,42 juta.
Hingga kini Garuda Indonesia belum menerbitkan laporan keuangan hingga tutup tahun 2020. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra pun enggan banyak berkomentar mengenai kinerja GIAA pada tahun lalu maupun proyeksi untuk tahun ini.
Baca Juga: Ditawari pensiun dini, begini respons serikat karyawan Garuda Indonesia (GIAA)
Dihubungi terpisah, pengamat penerbangan Alvin Lie mengaku tidak heran jika kinerja keuangan GIAA sampai akhir 2020 ada dalam kondisi yang berdarah-darah. Sebab, anjloknya kinerja keuangan juga dirasakan oleh perusahaan penerbangan lainnya, terutama yang mengandalkan rute-rute internasional.
Di tengah pandemi yang masih membayangi, Alvin memprediksi kerugian dalam jumlah besar masih akan terus berlanjut. Bahkan, tanda-tanda perbaikan untuk bisa membalikan kinerja dari rugi menjadi laba belum terlihat hingga tahun 2022. Dalam kondisi ini, efisiensi menjadi kunci.
"Kuncinya adalah survival, bagaimana bisa bertahan hidup. Untuk menutup kerugiannya, masih belum kelihatan bagaimana. Yang paling memungkinkan adalah meminimalkan kerugian pada tahun berjalan. Ini yang sekarang dilakukan oleh Garuda. Efisiensi dimana-mana," terang Alvin.
Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) tawarkan pensiun dini ke karyawan, ini beban berat GIAA