Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Dalam upaya meningkatkan kualitas minyak sawit telah ada inovasi seperti Pabrik Minyak Sawit Tanpa Uap (PMTU). Sahat menjelaskan pengolahan dengan teknologi tanpa uap akan membuat kandungan klorin yang mengandung senyawa karsinogenik dari proses pemurnian CPO yang menghasilkan Refined, Bleached, Deodorized (RBD) Olien dapat memenuhi standar pasar internasional. Manfaat lain pengoperasian PMTU lebih efisien dan ramah lingkungan.
Dijelaskan Sahat pengoperasian teknologi PMTU dapat dijalankan melalui skema korporasi petani di 26 provinsi. Alhasil posisi tawar petani akan meningkat terutama dari aspek harga TBS sawit.
Pada kesempatan itu, Prof Nuri Andarwulan, Guru Besar IPB University menyampaikan minyak sawit sebagai ingredien pangan olahan yang sulit digantikan oleh minyak atau lemak lainnya.
“Minyak sawit sebagai ingredien minyak pangan olahan. Minyak sawit sangat sulit untuk disubstitusi oleh minyak nabati lain yang ada di pasaran. Ini berhubungan dengan keekonomian dan teknologi yang diterapkan,” ucapnya.
Dijelaskan Prof Nuri, salah satu produk berbahan minyak sawit yang digunakan untuk olahan pangan yaitu margarin untuk oles. Dulu, margarin lebih banyak dari minyak biji-bijian yang dihidrogenasi. Saat ini margarin dari minyak sawit dapat berkompetisi dengan produk lain di pasaran.
“Berikutnya minyak sawit untuk masak yaitu vegetable ghee atau margarin cair adalah teksturisasi campuran dari fraksi minyak sawit dan masih banyak lain produk lain dari sawit yang digunakan untuk makanan misalnya margarin for cream yang sulit gantikan oleh minyak nabati lainnya. Dan, untuk bahan non dairy creamer dan chocolate coating,” jelasnya.
Lebih lanjut, Prof Nuri menegaskan minyak sawit sebagain ingedrien produk susu formula (infant, follow on, growing-up formula). Minyak sawit digunakan untuk growing-up formula supaya mirip dengan Air Susu Ibu (ASI). Hasil dari sampling susu formula yang ada di pasaran 90% mengandung minyak sawit.
Baca Juga: Dukung Audit Perusahaan Sawit, Ini Masukan dari Serikat Petani Kelapa Sawit
Jummy Bismar Sinaga, Senior Manager Commercial Biofuel APICAL Indonesia, menuturkan bahwa APICAL terus mengembangkan riset dan inovasi untuk menghasilkan produk hilir kelapa sawit. Dari sektor hulu, APICAL mendapatkan dukungan dari Asian Agri yang memiliki luas 100 ribu ha kebun inti dan 60 ribu ha kebun plasma serta 41 ribu ha kebun swadaya. Didukung 22 pabrik kelapa sawit dan 10 unit kernel crushing plant.
“Keberadaan kebun, pabrik sawit, dan refineri kami saling terjangkau sehingga mengoptimalkan efektivitas dan efisiensi rantai suplai APICAL. Keunggulan ini menjadikan nilai jual kepada konsumen sehingga delivery bisa on time,” ujarnya.
Jummy menjelaskan bahwa fasilitas APICAL yang berlokasi strategis yang berada di Indonesia, Cina dan Spanyol, sehingga menjadikan APICAL dekat dengan pemasok dan konsumen, meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam operasional perdagangan secara global.
Apical merupakan pemasok terkemuka di Indonesia dalam pasar minyak curah dan kemasan, margarin, Shortening dan melayani hingga ke end Customer. Selain itu, APICAL juga meluncurkan Apical 2030, sebuah inisiatif keberlanjutan yang strategis.
Inisiatif ini terdiri dari komitmen pada empat pilar strategis yaitu Kemitraan Transformatif, Aksi Iklim, Inovasi Hijau, dan Kemajuan Inklusif dalam sepuluh (10) tahun ke depan, yang mana target yang ditetapkan terkait erat dengan filosofi bisnis dari Grup yaitu 5C (good for community, country, climate, customer, company).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News