kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.942.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.395   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.907   -61,50   -0,88%
  • KOMPAS100 997   -14,27   -1,41%
  • LQ45 765   -9,88   -1,28%
  • ISSI 225   -2,18   -0,96%
  • IDX30 397   -4,54   -1,13%
  • IDXHIDIV20 466   -5,69   -1,21%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 115   -1,15   -0,99%
  • IDXQ30 128   -1,29   -0,99%

INSA Waspadai Gangguan Pelayaran dan Logistik Akibat Perang Iran vs Israel


Minggu, 22 Juni 2025 / 16:03 WIB
INSA Waspadai Gangguan Pelayaran dan Logistik Akibat Perang Iran vs Israel
ILUSTRASI. INSA mewaspadai dampak perang Israel-Iran terhadap aktivitas pelayaran dunia serta arus logistik perdagangan Indonesia. KONTAN/Fransiskus Simbolon/19/12/2016


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik militer antara Iran vs Israel memanaskan suhu geopolitik dunia. Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) mewaspadai dampak dari gejolak ini terhadap aktivitas pelayaran dunia serta arus logistik perdagangan Indonesia.

Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto mengungkapkan ketegangan geopolitik Iran vs Israel mengganggu alur pelayaran internasional seperti di Selat Hormuz. Area ini menjadi jalur utama perdagangan minyak dan gas dari negara-negara Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan Qatar.

"Jika perang berlangsung dalam waktu lama, maka akan mendorong kenaikan harga minyak dunia. Ini tentu berdampak pada biaya bunkering pelayaran nasional di domestik yang mana sekitar 60% biaya operasional pelayaran dari bunkering," kata Carmelita kepada Kontan.co.id, Kamis (19/6).

Baca Juga: Ali Khamenei Tunjuk 3 Calon Penggantinya di Tengah Ancaman Pembunuhan Israel

Carmelita membeberkan, ekspor-impor Indonesia lebih banyak menggunakan kapal asing. Sedangkan penggunaan kapal nasional diperkirakan hanya sekitar 10%.

Dengan begitu, kerawanan pada jalur-jalur pelayaran utama perdagangan global seperti Selat Hormuz akan mengganggu operasional kapal. Jika kapal mengubah rutenya ke Tanjung Harapan, maka kondisi ini akan membuat waktu tempuh lebih lama sekitar 10-15 hari, serta membengkaknya konsumsi bahan bakar.

Dengan begitu, pelayaran global akan menaikkan biaya freight atau ongkos angkut. "Pelayaran global akan melakukan penyesuaian biaya freight, karena ada perubahan pola trayek kapal yang bedampak pada penambahan waktu dan konsumsi bahan bakar. Selain itu ada premi asuransi yang alami kenaikan. Untuk kenaikannya mungkin belum dapat dipastikan," kata Carmelita.

Di sisi lain, Carmelita mengungkapkan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari wilayah Timur Tengah relatif rendah. Sebab, mayoritas impor BBM Indonesia berasal dari negara-negara di kawasan Afrika, Asia Timur dan negara tetangga di regional.

Kondisi ini membawa situasi yang lebih kondusif bagi pelayaran domestik. Apalagi, posisi jalur pelayaran nasional yang bukan di wilayah war-risk juga memungkinkan biaya asuransi akan tetap stabil. "Kekhawatiran lebih besar terhadap pelayaran internasional. Meskipun saat ini Indonesia belum terdampak secara langsung, tapi harus tetap waspada," kata Carmelita.

Dia menyoroti kenaikan harga minyak dan fluktuasi nilai tukar rupiah sebagai faktor penting yang akan memengaruhi biaya pelayaran di Indonesia. "Jika ditanya seberapa besar kemungkinan kenaikan biaya logistik dan asuransi nasional akibat perang Iran-Israel, menurut kami tergantung seberapa besar kenaikan harga minyak dunia, mungkin 1O% - 20%," jelas Carmelita.

Baca Juga: Misteri Serangan ke Fordow: Apakah Fasilitas Nuklir Terkebal Iran Benar-Benar Hancur?

Carmelita menilai perlunya langkah strategis untuk memperkuat kebijakan domestik. Terutama dengan memaksimalkan pemanfaatan armada nasional serta memperkuat sinergi antara pelaku usaha dengan pemerintah untuk mengantisipasi potensi lonjakan biaya logistik.

Langkah ini diperlukan untuk mengantisipasi gangguan pasokan energi. Hal lain yang mesti diantisipasi adalah membanjirnya barang-barang semi dumping dari negara lain, akibat perubahan rute global untuk menghindari kenaikan harga barang akibat tingginya biaya pengiriman.

"Langkah strategis yang bisa kita ambil adalah dengan terus memperkuat kebijakan domestik. Tidak hanya menjaga asas cabotage, tetapi juga bergerak ke arah beyond cabotage," tandas Carmelita.

Selanjutnya: Seleksi Mandiri Unsoed Gelombang 2 Tahun 2025 Dibuka, Ini Syarat Daftarnya

Menarik Dibaca: iPhone 11 Pro Masih Dapat Update iOS? Yuk, Cek Jawabannya Berikut ini!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×