Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pelaku usaha logistik terus mewaspadai kondisi ketegangan antara Israel dan Iran. Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto menyampaikan bila pihaknya akan terus menimbang-nimbang dampak yang akan terjadi pada sektor bisnis logistik.
Bagaimana tidak, bila kondisi ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran tak kunjung memadam, ia memprediksi kondisi ini bisa meningkatkan hingga 300% biaya pelayaran pengiriman kontainer.
"Tarif pelayaran ya ini, belum biaya logistik. Tarif pelayaran itu kan termasuk biaya transport. Biaya transport adalah salah satu dari biaya logistik. Berarti pelayarannya saja kira-kira naiknya 200-300% itu," ujar Mahendra kepada Kontan, Rabu (18/6)
Hal ini disebabkan, biaya bahan bakar kapal akan naik karena jalur yang dilewati akan lebih jauh. Kapal harus melewati jalur lain untuk menghindari wilayah yang berisiko. Mahendra memperkirakan dari Asia Tenggara menuju Eropa maupun sebaliknya, jalur bisa bertambah 3.000 hingga 5.000 km.
Baca Juga: Siaga Dampak Konflik Iran vs Israel, Begini Catatan dan Harapan Pelaku Usaha
"Pelayaran alternatifnya dia harus muter ke Tanjung Harapan ke Afrika Selatan ya, kemudian dia naik lagi ke atas gitu baru ke Eropa. Ini menambah (jarak tempuh kapal) kira-kira 3.000 sampai 5.000 km," tambahnya.
Tentunya ini akan makin menekan beban biaya logistik pengiriman barang. Apalagi, dengan makin jauh jarak pelayaran yang ditempuh makin lama pula waktu perjalanan yang dibutuhkan. Bahkan Mahendra memperkirakan waktu perjalanan bisa bertambah hingga 12-14 hari. Hal ini tentu berdampak kepada total premi asuransi perjalanan yang harus dibayar.
"Semakin lama perjalanan, makin besar bahan bakar yang digunakan. Lalu di sisi asuransi risikonya akan tinggi kan kalau situasi seperti ini. Sedangkan beban yang diangkut volume barangnya sama," bebernya.
Pun jika kontainer semakin lama di perjalanan, maka makin banyak kontainer tak kunjung datang ke tempat tujuan. Ini tentunya akan berdampak kepada jumlah pasokan barang yang tersedia di pasaran. Bila kondisi tak kunjung membaik, maka akan berdampak pula kepada harga barang di pasaran sebab permintaan yang makin meningkat akibat kekurangan pasokan.
Lebih lanjut, Mahendra juga menyebutkan berbagai komoditas yang kemungkinan terdampak akan adanya hambatan logistik akibat ketegangan geopolitik ini, mulai dari bahan baku seperti besi dan baja, bahan-bahan kimia untuk farmasi, serta gandum.
"Jadi obat-obatan farmasi terdampak, bahan baku besi segala macam terdampak, gandum terdampak. Padahal itu bahan-bahan pokok dunia untuk produksi," katanya.
Ke depan, ia juga mendorong pemerintah untuk bersama-sama fokus pada hilirisasi. Hal ini perlu dilakukan supaya Indonesia tak terus-terusan bergantung pada bahan baku dari luar negeri.
"Kebijakan hilirisasi itu jangan ditahan-tahan, saatnya kita memanfaatkan itu. Jadi ketika terjadi situasi geopolitik seperti ini, kita tidak perlu lagi mengimpor raw material. Kita harus ada semi-finished good atau bahkan finished good,” jelasnya.
Baca Juga: Israel Mulai Evakuasi Massal Warganya dari Luar Negeri
Selanjutnya: Rusia Peringatkan Amerika untuk Tidak Bantu Militer Israel Melawan Iran
Menarik Dibaca: Promo PSM Alfamart Periode 16-23 Juni 2025, Lifebuoy Cair Diskon hingga Rp 14.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News