Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) berupaya memacu diversifikasi pasar untuk mengurangi ketergantungan ekspor ke Amerika Serikat (AS). Apalagi, risiko perdagangan ke pasar AS meningkat seiring dengan kebijakan tarif resiprokal untuk produk yang masuk ke Negeri Paman Sam.
Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 32% untuk produk asal Indonesia, yang akan berlaku mulai 1 Agustus 2025. Meski ada pengenaan tarif Trump tersebut, WOOD optimistis tetap bisa menjaga pertumbuhan kinerja hingga akhir tahun 2025.
Investor Relations Integra Indocabinet, Ravenal Arvense memperkirakan dampak tarif Trump terhadap WOOD tidak signifikan. Ravenal mengungkapkan, saat tarif ini pertama kali diumumkan, produk komponen bangunan (building components) masuk dalam daftar pengecualian (exemption list) di Annex 2.
"Hingga kini belum ada perubahan terkait pengecualian tersebut. Kami juga masih menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai detail peraturan tarif ini," kata Ravenal kepada Kontan.co.id, Minggu (13/7).
WOOD menggarap dua segmen utama, yakni produk building components dan furnitur. Penjualan di segmen building components berkontribusi sekitar 89% terhadap total pendapatan WOOD pada kuartal I-2025. "Sehingga potensi dampak tarif terhadap keseluruhan penjualan perseroan relatif kecil," imbuh Ravenal.
WOOD mengekspor produk building components dan furnitur ke AS. Building components antara lain berupa millwork products (kusen pintu dan jendela) serta plywood. Sedangkan produk furnitur meliputi knock-down furniture dan fully-assembled furniture.
Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 25% pada 2025
Sebagai negara importir furnitur dan furnitur berbasis kayu terbesar di dunia, AS merupakan pasar yang sangat penting. Ravenal memberikan gambaran, jika nilai impor dari negara peringkat kedua hingga kelima dijumlahkan, pasar AS masih lebih besar.
Diversifikasi Pasar Ekspor
Meski posisi AS sangat penting bagi perdagangan furnitur dan produk berbasis kayu, tapi WOOD ingin mengurangi ketergantungan. Dus, WOOD terus berupaya memacu diversifikasi pasar ekspor.
"Sebelum adanya wacana soal tarif Trump ini, sejak akhir 2024, WOOD telah menjalankan sejumlah inisiatif untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan meminimalkan risiko fluktuasi," ungkap Ravenal.
Berkaca dari laporan keuangan kuartal I-2025, laba bersih WOOD tumbuh 17,49% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp 42,13 miliar menjadi Rp 49,50 miliar. Pertumbuhan laba ini sejalan dengan lonjakan penjualan WOOD yang meningkat 20,61% (yoy) dari Rp 641,31 miliar menjadi Rp 773,50 miliar.
Mayoritas pendapatan WOOD bersumber dari penjualan ke pasar ekspor, dengan kontribusi signifikan mencapai 99,44% atau sebesar Rp 769,18 miliar. Kontribusi terbesar berasal dari ekspor building component, yakni sebesar Rp 684,64 miliar atau setara 88,51% dari total penjualan WOOD pada kuartal I-2025.
WOOD tampak mulai mengurangi kergantungan ke pasar AS. Kontribusi penjualan ke pasar AS menyusut dari 92,5% pada kuartal I-2024 menjadi 90,4% pada kuartal I-2025. Meski begitu, nilai ekspor WOOD ke pasar AS mengalami pertumbuhan 17,93% (yoy) dari Rp 592,92 miliar menjadi Rp 699,26 miliar.
Pertumbuhan signifikan terjadi pada ekspor WOOD ke pasar Asia, yang melonjak 70,12% (yoy) dari Rp 38,13 miliar menjadi Rp 64,87 miliar. Mendongkrak kontribusi ekspor WOOD ke pasar Asia dari 5,9% pada kuartal I-2024 menjadi 8,4% hingga kuartal I-2025.
Baca Juga: Andalkan Ekspor ke AS, Integra Indocabinet (WOOD) Bidik Kenaikan Penjualan 25%
WOOD pun terus memperkuat kerja sama strategis dengan beberapa mitra untuk memperluas portofolio produk seperti flooring dan aluminium furnitur. WOOD juga menggelar ekspansi pasar ke wilayah Eropa dan Timur Tengah.
"Manajemen optimistis momentum (laporan keuangan positif) akan berlanjut pada kuartal kedua dan semester kedua, seiring permintaan building components yang menguat dan kontribusi awal dari pasar baru," ungkap Ravenal.
WOOD tetap melirik peluang dari pemulihan permintaan perumahan di AS, meski hal ini dibayangi dengan potensi efek makro-ekonomi dari kebijakan tarif resiprokal. Ravenal menegaskan, strategi-strategi pemasaran WOOD tersebut akan dibarengi dengan penguatan operasional.
Baca Juga: Integra Indocabinet Bakal Ekspor Produk Flooring ke Eropa dan Timur Tengah Tahun Ini
WOOD menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 100 miliar - Rp 120 miliar. Terutama untuk pembelian mesin baru, mendukung produksi flooring dan peningkatan lini produksi outdoor furniture. WOOD telah merealisasikan capex sekitar 50% dari anggaran.
Dengan berbagai strategi tersebut, Ravenal optimistis sepanjang tahun ini WOOD bisa mengerek naik kinerja pada level dobel digit. "Proyeksi pertumbuhan pendapatan WOOD untuk full year 2025 adalah 25% dengan pertumbuhan laba bersih sekitar 20%," tandas Ravenal.
Baca Juga: Ekspor Moncer, Integra Indocabinet (WOOD) Catat Kinerja Solid di Kuartal I-2025
Selanjutnya: Deretan Sentimen Ini Bakal Bawa IHSG Bergerak Menguat pada Senin (14/7)
Menarik Dibaca: Apakah Jurusan Bahasa Terancam Tergusur AI atau Tidak? Ini Sederat Faktanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News