kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor Korea Selatan suntikan dana US$ 650 Juta untuk pembangunan PLTA Maung


Minggu, 19 Januari 2020 / 12:36 WIB
Investor Korea Selatan suntikan dana US$ 650 Juta untuk pembangunan PLTA Maung
ILUSTRASI. Kepala BKPM Bahlil Lahadalia


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mendapatkan suntikan investasi sebesar US$ 650 juta dari perusahaan Korea Selatan (Korsel), Korea Southern Power Co.Ltd (KOSPO). Investasi tersebut bertujuan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Maung Banjar Negara, Jawa Tengah.

Proyek PLTA ini berada di bawah naungan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) yang melibatkan PT Indonesia Power (IP) dan PT Nindya Karya (Persero).

Baca Juga: PLN Akan Memacu Pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT)

Rencananya, pembangunan PLTA Maung akan memakan waktu selama kurang lebih empat tahun dengan nilai investasi sekitar Rp 10 triliun ini. Rencananya pembangunan bendungan oleh PT Nindya Karya akan memakan waktu kurang lebih 2 tahun yang dilanjutkan dengan pembangunan PLTA oleh PT Indonesia Power. 

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan proses kerja sama tersebut sudah dalam tahap penandatangan Memorandum of Understanding (MoU). Kata Bahlil untuk mendapatkan investasi dari KOSPO, pihaknya pada akhir tahun lalu menjemput bola investor hingga ke Korea Selatan.

“Semoga setelah MoU ini investasinya segera berjalan dan tidak mangkrak lagi. Jika menemui kendala dalam realisasi, segera lapor ke kami supaya bisa cepat direalisasikan bulan depan," kata Bahlil di kantor BKPM, Jumat (17/1). 

Bahlil menyampaikan alasan pemerintah mendukung investasi di PLTA Maung karena pembangunan pembangkit listrik ini berbasis green energi, sehingga bisa mengirit penggunaan bahan bakar fosil. Dus harapannya bisa menyumbang sedikit penghematan belanja minyak dan gas (Migas) dan batubara. 

Baca Juga: Soal pencabutan subsidi elpiji 3 Kg, Luhut: Tidak ada rencana merugikan masyarakat

Investasi di PLTA Maung sudah melalui Online Single Submission (OSS). Ini dinilai memudahkan investasi KOSPO karena aturan di tingkat Kementerian/Lembaga (K/L) sudah berada dalam satu formulir perizinan sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2019 tentang Percepatan Kemudahan Berusaha. Hanya saja, Kementerian ESDM masih memantau karena pembangunan PLTA berada di bawah tanggung jawabnya.

“Ini tinggal kasih uangnya saja, semua sudah selesai lahan beres. Jadi seluruh investasi dalam dan luar negeri lewat semua OSS semua. Dan ini dijalankan oleh anak Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bagus, optimistis bisa berjalan,” ucap Bahlil. 

Bahlil menambahkan bila investasi ini terealisasi akan menyumbang target realisasi investasi di tahun ini yang mencapai Rp 866 trliun. Dalam waktu dekat, Bahlil akan membuka peluang investasi untuk Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, Jepang untuk investasi di daerah perairan Natuna.

Sementara itu, Direktur Konservasi Energi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Hariyanto menerangkan rencana pembangunan PLTA Maung sudah dimulai sejak dilakukan Feasibility Study (FS) oleh PLN pada tahun 1980. Namun pembangunannya terhenti karena belum adanya kejelasan pendanaan. 

Baca Juga: Incar Dana IPO Rp 2 Triliun, WIKA Bakal Dongkrak Bisnis Anak Usaha

“Tertunda puluhan tahun, BKPM kemudian memfasilitasi dan mengurai berbagai hambatan yang dihadapi oleh Kepala BKPM dan Kementerian ESDM. Setelah menemui solusi, proyek ini kemudian dapat dilanjutkan oleh investor,” kata dia. 

Sebagai informasi, PLTA Maung yang rencananya akan menghasilkan listrik sebesar 230 MW ini bertujuan memenuhi kebutuhan bauran listrik energi baru dan terbarukan sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN tahun 2018-2027 sebesar 23%. 

Selain itu, PLTA ini juga bertujuan untuk mengurangi sedimentasi di Waduk Mrica. Waduk Mrica sendiri merupakan bendungan dari Sungai Serayu dan saat ini sudah memiliki PLTA Panglima Besar Soedirman dengan kapasitas terpasang 180 MW.

Baca Juga: Perbesar recurring income, Wijaya Karya (WIKA) akan garap proyek SPAM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×