Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Industri keramik di dalam negeri bakal kedatangan pesaing baru. Pada pertengahan 2009, dua investor bakal menyemarakkan industri keramik dalam negeri.
Satu investor Taiwan berencana masuk ke industri ini dengan nilai investasi US$ 200 juta. Perusahaan ini berencana memproduksi sekitar 2-3 juta keping keramik per tahun. Investor kedua yang berasal dari dalam negeri juga berencana memperluas usaha dengan nilai investasi US$ 30 juta - US$ 50 juta.
Sayang, belum gamblang benar nama-nama investor tersebut. Yang terang, kedua investor tersebut rencananya akan membangun pabrik dan berekspansi di Jawa Barat, daerah yang selama ini menjadi lokasi favorit sebagian besar industri keramik di Indonesia.
Hingga kini, kedua perusahaan tersebut masih menunggu mendapatkan izin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). "Bila tak ada gonjang-ganjing politik dan dampak krisis global tak parah, mungkin diharapkan pertengahan tahun 2009 mereka bisa mulai investasi," kata Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Achmad Wijaya, di Jakarta, Kamis (6/11).
Masuknya dua investor baru tersebut bisa menjadi pertanda baik. Ini dapat menunjukkan bahwa industri keramik di Indonesia masih menjanjikan. Selama ini, jumlah permintaan keramik di dalam negeri mencapai 45.000 ton per tahun. Karena itu, pengusaha minta pemerintah ikut mendorong laju investasi baru di sektor ini dengan menerapkan kebijakan yang pro pengusaha. "Kalau memang pemerintah konsisten, itu akan mengembangkan industri hingga tingkat penggunaan mencapai 70%," ujar Achmad.
Selain kondisi investasi, para investor tertarik lantaran melihat pelbagai infrastruktur pengembangan industri keramik telah membaik. Antara lain, pasokan bahan baku maupun sumber energi. Demikian juga, harga jual keramik yang kompetitif. Bila dibanding dengan produk impor, harganya tak terlalu terpaut jauh, cuma sekitar 10%-15%. Ini berbeda dengan kondisi tiga tahun lalu. Ketika itu, keramik Indonesia sangat sulit bersaing dengan produk impor, terutama dari China.
Awal tahun ini, Asaki memproyeksikan nilai ekspor keramik mencapai US$ 315 juta. Dengan syarat, tak terjadi hal atau kondisi yang akan berpengaruh besar terhadap kinerja ekspor. Salah satu penyebabnya, nilai tukar rupiah kala itu masih di atas Rp 9.000 per dolar. Hal ini mendorong para produsen keramik menggenjot pasar ekspor untuk mendongkrak kinerja penjualan. Pada 2007, nilai ekspor keramik mencapai sekitar US$ 215 juta, lebih tinggi dari 2006 sekitar US$ 115 juta.
Tak akan mempersulit
Kepala BKPM Muhammad Lutfi mengaku belum tahu rencana dua investor itu. Meski begitu, ia berjanji BKPM tidak akan mempersulit mereka. Para investor itu segera memperoleh izin usaha asalkan memenuhi persyaratan. "Kami memproses dengan cepat," ujarnya.
Lutfi menilai, keramik adalah salah satu industri yang saat ini cukup menarik investor. Selain pasar cukup bagus, kepastian pasokan bahan dan sumber energi juga ikut menggerakkan industri ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News