CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.322.000   -29.000   -1,23%
  • USD/IDR 16.765   18,00   0,11%
  • IDX 8.362   -54,96   -0,65%
  • KOMPAS100 1.159   -6,94   -0,60%
  • LQ45 844   -6,42   -0,76%
  • ISSI 292   -2,09   -0,71%
  • IDX30 440   -4,44   -1,00%
  • IDXHIDIV20 511   -3,54   -0,69%
  • IDX80 130   -1,04   -0,79%
  • IDXV30 135   -1,25   -0,92%
  • IDXQ30 141   -0,73   -0,52%

ISRF 2025 Dorong Transformasi Pertanian Padi Rendah Emisi


Selasa, 18 November 2025 / 22:50 WIB
ISRF 2025 Dorong Transformasi Pertanian Padi Rendah Emisi
ILUSTRASI. Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (ketiga kiri) berfoto bersama Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani (kanan), Executive Director Preferred By Nature Peter Feilberg (kiri), Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam H.E Dennis Chaibi (kedua kiri), Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI) Sutarto Alimoeso (ketiga kanan) dan Koordinator Nasional Koalisi Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Ayip Said Abdullah (kedua kanan) pada forum Global International Sustaince Rice Forum (ISRF) di Ancol, Jakarta Utara, Senin (17/11/2025). Kegiatan yang dihadiri pakar global,pembuat kebijakan dan pelaku industri untuk berbagi inovasi produksi pertanian yang rendah karbon guna mendukung ketahanan pangan di Indonesia yang berlangsung dari 17-18 November 2025. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/foc.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya menekan emisi dari sektor pangan menjadi perhatian utama dalam International Sustainable Rice Forum (ISRF) 2025, yang resmi dibuka di Jakarta pada Senin (17/11/2025).

Forum global yang digagas Preferred by Nature bersama Sustainable Rice Platform (SRP), Rikolto, dan International Rice Research Institute (IRRI) ini mendorong penerapan praktik pertanian padi yang lebih ramah lingkungan, meningkatkan kesejahteraan petani, serta memperluas akses pasar bagi produk pertanian berkelanjutan dan rendah karbon.

Kebutuhan transformasi tersebut kian mendesak lantaran praktik pertanian konvensional yang masih dominan di berbagai negara terbukti menyumbang emisi signifikan. 

Menurut World Resources Institute, sistem budidaya beras menghasilkan sekitar 1 gigaton setara karbondioksida (GtCO2e) emisi gas rumah kaca secara global, salah satunya akibat pengairan yang tidak efisien dan penggunaan agrokimia yang berlebihan. Kondisi ini dinilai memperburuk krisis iklim sekaligus mengancam stabilitas pangan dunia.

Dengan mengusung tema “Low Carbon Rice, High Global Impact”, ISRF 2025 menempatkan pengembangan beras rendah karbon sebagai pintu masuk menuju ketahanan pangan berkelanjutan. 

Baca Juga: Pertanian Berkelanjutan Produksi Beras Rendah Karbon, Perpadi Ungkap Keunggulannya

Forum yang dihadiri pembuat kebijakan, pelaku rantai nilai, lembaga riset internasional, dan donor global ini menjadi ruang kolaborasi untuk mempercepat perubahan praktik pertanian di berbagai negara.

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, dalam sambutan pembukaan, menegaskan bahwa pemerintah tengah menyiapkan transformasi besar-besaran di sektor pertanian dalam lima tahun ke depan. 

“Dalam 1–5 tahun ke depan, Indonesia akan membangun sektor pertanian secara besar-besaran, mulai dari varietas unggul, mekanisasi, hingga teknologi baru dengan kolaborasi berbagai pihak, termasuk mitra internasional,” ujarnya dalam Pembukaan ISRF 2025 di Jakarta, Senin (17/11/2025).

Dukungan internasional juga mengalir, salah satunya dari Uni Eropa melalui program SWITCHAsia. Duta Besar Uni Eropa H.E. Denis Chaibi menyatakan bahwa Eropa siap menjadi mitra strategis Indonesia untuk memperkuat rantai nilai beras yang lebih hijau.

Direktur Eksekutif Preferred by Nature Peter Feilberg menilai sektor beras memiliki potensi besar sebagai penggerak perubahan, terutama jika sains, kebijakan, dan praktik di lapangan dapat terhubung secara efektif.

“Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bergerak bersama, agar rantai nilai padi menjadi lebih tangguh dan kita mendekati sistem pangan yang lebih tangguh, tanah yang lebih sehat, serta iklim yang lebih stabil,” jelas Peter.

Sebagai salah satu produsen beras utama dunia, Indonesia memegang peran strategis dalam inisiatif Low Carbon Rice Project yang telah berjalan selama empat tahun di Jawa Tengah (Klaten, Sragen, dan Boyolali) serta Jawa Timur (Ngawi dan Madiun).

Baca Juga: Pertanian Berkelanjutan Produksi Beras Rendah Karbon, Perpadi Ungkap Keunggulannya

Program tersebut melibatkan lebih dari 2.650 petani di area 1.037 hektare, mendukung penggilingan kecil untuk beralih dari bahan bakar diesel ke listrik, serta membuka akses pasar domestik bagi beras berkelanjutan.

Upaya tersebut diperkuat dengan pembentukan SRP National Working Group dan penyusunan pedoman nasional untuk produksi beras berkelanjutan. 

Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras (Perpadi), Sutarto Alimoeso menegaskan bahwa transisi energi di penggilingan padi telah memberikan manfaat nyata. 

“Penggunaan mesin listrik menekan biaya operasional hingga 40% dan mengurangi emisi sekitar 15%,” ujarnya.

Melalui ISRF 2025, Indonesia dipandang mampu menjadi motor penggerak transformasi sistem perberasan berkelanjutan di kawasan dan dunia. 

Ajang ini diharapkan menghasilkan arah bersama bagi pemangku kepentingan global untuk mendorong praktik pertanian padi yang lebih adaptif, rendah emisi, dan berkelanjutan secara ekonomi maupun lingkungan.

Selanjutnya: The Fed Tegaskan ‘Perubahan Signifikan’ dalam Pengawasan Perbankan

Menarik Dibaca: 5 Strategi Mentalitas Kelas Menengah agar Bisa Naik Level Keuangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×