Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya produksi beras rendah karbon (low carbon rice) dinilai menawarkan sejumlah keunggulan signifikan, baik bagi petani maupun pelaku penggilingan padi.
Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan bahwa penerapan praktik pertanian berkelanjutan dalam produksi beras rendah karbon terbukti mampu meningkatkan efisiensi sekaligus menekan emisi di sektor pangan.
Ia menyebut, dari sekitar 150 penggilingan yang didampingi Perpadi, lebih dari 75 penggilingan padi kecil telah beralih dari mesin diesel ke listrik.
“Dari 150 penggilingan yang kami dampingi, lebih dari 75 penggilingan padi kecil sekarang sudah mengganti mesin diesel menjadi listrik,” ujarnya saat ditemui usai pembukaan International Sustainable Rice Forum (ISRF) 2025 di Jakarta, Senin (17/11/2025).
Baca Juga: Stok Beras Bulog Tembus Rekor Tahun Ini, Ini Catatan Akademisi
Menurutnya, penggunaan listrik pada penggilingan padi berdampak positif dalam menekan produksi gas rumah kaca, sementara penggunaan diesel justru menghasilkan emisi karbon.
Ke depan, ia melihat penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya juga berpotensi diadopsi lebih luas.
“Dalam jangka panjang, kita pasti akan mengarah pada teknologi surya dan energi bersih lainnya,” ucapnya.
Sutarto menambahkan, peralihan energi tidak hanya mengurangi jejak karbon, tetapi juga menekan biaya operasional penggilingan.
Di tingkat budidaya, pengaturan air menjadi kunci efisiensi sekaligus pengurang emisi metana.
Baca Juga: Harga Pangan Campur Aduk, Bapanas Pastikan Stok Beras Aman
Ia menyayangkan praktik sawah yang terus-menerus digenangi, karena kondisi tersebut mempercepat pelepasan gas metana dan merusak struktur biologi tanah.
Efisiensi juga dilakukan melalui penyesuaian penggunaan pupuk berdasarkan kebutuhan tanaman. Sutarto menyoroti kecenderungan petani menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan.
Praktik pembakaran jerami yang masih terjadi juga diminta untuk dihentikan. Jerami dan sekam, kata dia, seharusnya dikembalikan ke lahan sebagai kompos atau sumber energi terbarukan.
Adapun produksi beras rendah karbon dalam proyek yang berjalan saat ini dilakukan di lima kabupaten: Klaten, Sragen, dan Boyolali di Jawa Tengah serta Ngawi dan Madiun di Jawa Timur.
Selanjutnya: Presiden Prabowo Terima Dubes Pakistan, Bahas Penguatan Kerja Sama Bilateral
Menarik Dibaca: 14 Inspirasi Warna Cat Dapur yang Bikin Mood Naik dan Ruangan Terlihat Lebih Cerah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













