Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengeluarkan kebijakan untuk menunda penerbangan dari dan ke seluruh wilayah China hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Kebijakan penundaan penerbangan ini dilakukan untuk melindungi Warga Negara Indonesia (WNI) dari penyebaran virus corona.
Sejalan dengan hal tersebut, maka Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, pihaknya akan melakukan langkah inventarisasi terhadap berbagai dampak yang ditimbulkan dari kebijakan ini.
Selain itu, Kemenhub juga akan berkoordinasi dengan seluruh stakeholder terkait untuk mencari solusinya.
“Pada kurun waktu 2-3 hari mendatang, rencana tersebut akan dibahas dalam Rapat Terbatas (ratas) dengan Presiden terkait dampak ekonomi yang muncul akibat adanya kebijakan penundaan penerbangan,” kata Budi di dalam keterangan tertulis, Senin (3/1).
Baca Juga: Waspada corona, Australia kaji kirimkan pesawat kedua untuk evakuasi warga dari Wuhan
Selain itu, secara langsung Budi juga memerintahkan Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Udara untuk melakukan koordinasi dengan pihak lain, serta memberi solusi bagi maskapai maupun penumpang yang telah memiliki tiket dari dan ke China.
Kemungkinan, nantinya akan ada potensi pemanfaatan pengalihan penerbangan dari yang semula menuju China, kemudian akan dialihkan ke negara lain.
“Nanti akan dibahas detailnya, refund tiket bisa ditukar dalam bentuk pengalihan tujuan penerbangan lain yang tidak dilarang pemerintah, maupun untuk tujuan yang sama (China) apabila nanti kebijakan penundaannya sudah dicabut,” lanjut Budi.
Selanjutnya, Kemenhub juga akan segera menginisiasi pemanfaatan utilisasi pesawat. Jadi, apabila sebelumnya pesawat tersebut digunakan untuk melayani penerbangan dari dan ke China, maka kemudian akan digunakan ke daerah potensial lain, seperti Australia, Nepal, India, atau Pakistan.
Namun untuk tujuan negara lain yang belum memiliki konektivitas maksimal, detailnya akan dibahas lebih lanjut oleh Dirjen Perhubungan Udara.
Baca Juga: Di Taiwan, flu babi lebih ditakuti ketimbang virus corona