kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Isu merger kembali menerpa, Grab dinilai lebih butuh Gojek untuk bertahan


Senin, 21 September 2020 / 17:27 WIB
Isu merger kembali menerpa, Grab dinilai lebih butuh Gojek untuk bertahan
ILUSTRASI. JAKARTA,28/03-TARIF OJOL NAIK. Pengemudi Ojeg Online (Ojol) sedang melayani dan menunggu penumpang di Jakarta, Kamis (28/03). Kemenhub membuat kisaran tarif ojol bagi area Jabodetabek tanpa potongan (nett) dengan batas bawah Rp 2.000/km dan batas atas Rp


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pandemi Covid-19, muncul isu merger antara Gojek dan Grab. Bergulirnya isu liar ini diduga kuat akibat kondisi SoftBank sebagai pemegang saham mayoritas Grab yang sedang tertekan.

Investasi SoftBank di banyak startup rugi besar. Pada tahun fiskal 2019 kerugian SoftBank mencapai US$ 17,7 miliar. Kerugian itu diderita Vision Fund, venture capital milik SoftBank, setelah melakukan hapus buku nilai investasi di WeWork dan termasuk Uber Technologies Inc.

"Kegagalan investasi di WeWork paling fatal," ujar Poltak Hotradero, Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam keterangannya, Minggu (20/9).

Baca Juga: Telkom menjawab rumor pembelian saham Gojek, ini penjelasannya

Lebih lanjut Poltak mengungkapkan, di masa pandemi Covid-19 ini laju bisnis perusahaan investasi milik Softbank mengalami banyak tekanan. Apalagi hampir sebagian besar investasi SoftBank berada di sektor jasa transportasi dan logistik yang terkena imbas langsung Covid-19.

Situasi semakin rumit lantaran adanya komitmen Grab terkait akuisisi saham Uber di Asia beberapa waktu lalu. Sesuai prospektus IPO Uber, Poltak mengatakan, Uber memiliki hak untuk menukarkan 23,2% kepemilikan sahamnya di Grab dengan uang tunai jika Grab tidak melangsungkan IPO hingga 25 Maret 2023.

"Jika Uber mengeksekusi haknya untuk mencairkan kepemilikan sahamnya, maka Grab harus membayar Uber sebesar US$ 2,26 miliar atau lebih. Nilai tersebut setara dengan 409 juta saham Grab yang dimiliki Uber dengan harga US$ 5,54 per saham dengan bunga sebesar 6% per tahun," ungkap Poltak.

Selama ini portofolio Vision Fund tersebar di banyak perusahaan. Nilainya ditaksir mencapai sekitar US$ 33 miliar hanya di sektor transportasi dan logistik.

Beberapa investasi Vision Fund di aset ride-sharing di antaranya adalah investasi US$ 7,7 miliar di Uber, US$ 11,8 miliar ke Didi China, US$ 3 miliar ke Grab Singapura, dan US$ 250 juta ke dalam Ola India.

Baca Juga: Medan Pertarungan Gojek dan Grab Memanas di Layanan Fintech




TERBARU

[X]
×