kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Isuzu Astra belum revisi target penjualan truk untuk perkebunan


Kamis, 15 Agustus 2019 / 21:25 WIB
 Isuzu Astra belum revisi target penjualan truk untuk perkebunan
ILUSTRASI. Truk Isuzu Giga


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Sektor komoditas minyak sawit dalam bentuk crude palm oil (CPO) dan turunannya masih menghadapi ketidakpastian di semester II 2019 akibat sejumlah sentimen global.

Di tengah ketidakpastian tersebut, PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) belum memiliki rencana untuk merevisi target penjualan untuk truk ringan dan medium di tahun 2019.

Baca Juga: Perang dagang memanas, SMAR dan MGRO mengincar pasar CPO China

“Kami masih mempelajari secara keseluruhan bagaimana perkembangan bisnis di semester II, termasuk (bisnis) kelapa sawit, sebelum memutuskan revisi target,” ujar General Manager Marketing PT IAMI kepada Kontan (11/08).

Sebelumnya, IAMI menargetkan penjualan sebesar 17.200 unit untuk truk ringan dan 5.250 unit untuk truk medium. Pada semester I 2019, realisasi penjualan truk ringan IAMI berada di bawah 50% dari target penjualan. Sementara itu, realisasi penjualan untuk unit truk medium sudah melebih 55% dari target.

Menurut keterangan Asril, penjualan truk ringan dan medium IAMI sebagian besar ditunjang oleh sektor pertambangan, perkebunan, dan konstruksi. Namun demikian, Asril mengatakan IAMI akan menfokuskan penjualan truk ringan dan medium untuk sektor transportasi dan logistik baik retail maupu fleet sebagai langkah antisipasi atas perkembangan pasar komoditas global.

Untuk diketahui, industri minyak sawit memang tengah menghadapi ketidakpastian akibat adanya sejumlah sentimen global.

Adapun beberapa sentimen global yang dimaksud di antaraya meliputi mengetatnya persaingan ekspor di pasar India serta tindakan diskriminasi terhadap produk biodiesel Indonesia oleh Uni Eropa.

Tindakan diskriminasi oleh Uni Eropa dilakukan dengan memberlakukan tarif bea masuk antisubsidi (BMAS) sebesar 8%-18% atas dasar tuduhan adanya pemberian subsidi oleh Pemerintah terhadap produk biodiesel dalam negeri.

Ketentuan ini diberlakukan pada 14 Agustus 2019. Ketentuan ini berlaku selama empat bulan setelah ditetapkan dan bisa diperpanjang menjadi lima tahun.

Baca Juga: Ketidakpastian industri CPO, APM truk ringan dan medium fokus bidik sektor logistik

Seiring dengan adanya perkembangan tersebut, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) bahkan memprediksi ekspor CPO dan turunannya berpotensi mengalami penurunan setelah sebelumnya sempat bertumbuh sebesar 10% di semester I 2019 sebagai akibat positif dari adanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina.

Terlepas dari adanya kondisi-kondisi ini, IAMI optimis perkembangan penjualan truk ringan dan medium akan membaik di semester II 2019 seiring dengan telah berakhirnya proses pemilihan umum dan presiden.

“Pelaku bisnis yang semula wait and see sepertinya sudah mulai bergerak lagi,” ucap Asril kepada Kontan (12/08).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×