Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Bergeser ke komoditas bauksit, berdasarkan data USGS tahun 2020, dari seluruh negara yang memiliki potensi, Indonesia memiliki 4% cadangan bauksit. Dengan jumlah tersebut, Indonesia menduduki peringkat keenam di dunia.
Berdasarkan data dari PSDMP-Badan Geologi Kementerian ESDM, per Desember 2020, secara umum total sumber daya bijih sebesar 5,5 miliar ton yang didominasi dengan klasifikasi sumber daya tertunjuk. Sedangkan cadangan bijih tercatat 2,96 miliar ton yang didominasi klasifikasi cadangan terkira.
Sumber daya logam ditaksir sebanyak 2,1 miliar ton, sedangkan total cadangan logam sekitar 1,1 miliar ton yang didominasi dengan klasifikasi cadangan terkira.
Dari sisi sebaran yang sudah dilakukan eksplorasi dan memberikan kontribusi sumber daya-cadangan nasional berada di Kepualauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan ada juga potensi di Bangka Belitung.
Baca Juga: Begini upaya pemerintah menyeimbangkan pengelolaan lingkungan dengan kegiatan tambang
Dari sisi produksi, Indonesia menempati posisi kelima secara global pada tahun 2019 dengan produksi 16 juta ton bijih bauksit. Lalu dari produk turunannya, produksi alumina Indonesia berada di posisi 11 dunia dengan 1 juta ton alumina. Selanjutnya produksi aluminium Indonesia sebanyak 253.000 ton atau posisi 27 secara global.
Tiga Komoditas Strategis
Sebelumnya Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi, Septian Hario Seto mengungkapkan tiga komoditas mineral yang ke depan akan berperan strategis. Hal itu didorong oleh pengembangan mobil listrik dan juga energi terbarukan (ET).
Ketiga komoditas itu adalah nikel, tembaga, serta bauksit-aluminium. Nikel, akan berperan besar dalam rantai pasok bahan baku baterai lithium. Sedangkan tembaga dan bauksit akan berperan strategis dalam industri mobil listrik serta komponen pembangkit ET seperti solar panel dan wind power.
"Jadi tembaga, nikel, bauksit, aluminium akan berperan sangat signifikan ke depannya dalam pengembangan renewable energy. Beberapa bulan terakhir pun harganya naik signifikan," ungkap Septian dalam acara virtual yang digelar, Jum'at (5/2).
Oleh sebab itu, pemerintah bakal mendorong investor untuk melakukan hilirisasi dan industrialisasi pada ketiga komoditas tersebut. Tak hanya sampai ke smelter yang menghasilkan produk intermediate saja, namun juga ke produk-produk turunannya. "Jadi kita nggak mau hanya sekadar bikin (smelter) saja. Mereka (investor) harus bangun hilirisasinya," pungkas Septian.
Selanjutnya: Meneruskan cuan, sektor pertambangan diprediksi paling moncer di tahun Kerbau Logam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News