Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
Sementara itu, kontribusi segmen produk makanan tercatat menyumbang pendapatan sebesar Rp 868,94 miliar atau setara dengan 15,76% dari total pendapatan CPRO di sembilan bulan pertama tahun 2019. Adapun pendapatan sisanya berasal dari penjualan benur dan lain-lain.
Adanya penurunan aktivitas budidaya ikan dan udang diamini oleh Arman. Menurutnya, permintaan pakan ikan dan udang melesu di tengah penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Seiring dengan hal ini, utilisasi produksi produk pakan hewan CPRO menurun sebesar 10%-15%, sehingga tingkat utilisasi produksi pakan udang dan ikan masing-masing berada di level 60% dan 80% dari kapasitas terpasang.
Baca Juga: Topang agenda ekspansi, CPRO anggarkan belanja modal US$ 8 - US$ 10 juta tahun depan
“Penurunan revenue sekitar 10%-15% dari kondisi normal karena ada kekhawatiran dari Petambak ikan dan udang dengan adanya PSBB akan menghambat penjualan hasil produksi mereka,” jelas Arman.
Selain menggarap pasar ekspor baru, CPRO juga akan terus mengembangkan penjualan ekspor produk makanan ke target pasar ekspor eksistensi guna mengimbangi permintaan segmen pakan yang menurun di domestik. Asal tahu saja, sebelumnya CPRO telah melakukan penjualan ekspor ke Amerika, Eropa, China, dan Jepang.
Sepanjang Januari - September 2019, penjualan luar negeri tercatat menyumbang pendapatan sebesar Rp 656,04 miliar atau setara 11,90% dari total penjualan sebesar Rp 5,51 triliun. Sisanya berasal dari penjualan dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News