kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jaga kinerja, Central Proteina Prima (CPRO) garap pasar ekspor alternatif


Rabu, 17 Juni 2020 / 16:53 WIB
Jaga kinerja, Central Proteina Prima (CPRO) garap pasar ekspor alternatif
ILUSTRASI. Tambang udang Central Proteina Prima Tbk


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Central Proteina Prima Tbk mengendus adanya peluang permintaan ekspor udang olahan dan udang beku di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Untuk itu, emiten perikanan berkode saham CPRO ini ingin memperkuat penjualan di pasar ekspor.

Head of Corporate Communication CPRO Arman Zakaria Diah mengatakan, pihaknya tengah berupaya memperluas jangkauan pasar ekspor dengan cara menggarap pasar ekspor di negara-negara Skandinavia seperti Denmark dan Norwegia. Pengapalan produk ekspor ke kedua negara ini sudah mulai dilakukan sejak April 2020 lalu.  

Baca Juga: Hingga tutup tahun, CPRO proyeksikan penjualan capai Rp 7,3 triliun - Rp 7,5 triliun

Pemilihan Denmark dan Norwegia sebagai target pasar baru berdasar pada adanya peluang pasar yang ada pada segmen ritel modern market di kedua negara tersebut. 

“(Terdapat) akses ke pasar ritel atau supermarket yang lebih luas, di mana persyaratan dari mereka bisa dipenuhi oleh CPRO yang menjadi keunggulan kami,” kata Arman kepada Kontan.co.i.d, Rabu (17/6).

Sebelumnya, dalam keterangan tertulis yang dibagikan melalui laman keterbukaan informasi pada 4 Juni 2020, manajemen CPRO menyebut bahwa upaya perluasan pasar ekspor dilakukan untuk menyiasati turunnya daya beli dan aktivitas budidaya udang dan ikan di Indonesia. 

Sedikit informasi, selain menjual produk makanan, CPRO memang menjual produk pakan hewan. Sepanjang Januari - September 2019 lalu, lini produk tersebut menyumbang pendapatan sebesar Rp 4,39 triliun atau setara dengan 79,70% dari total penjualan neto CPRO di sembilan bulan pertama tahun lalu.

Pendapatan pada segmen tersebut memang dipengaruhi aktivitas budidaya ikan dan udang di Indonesia.

Sementara itu, kontribusi segmen produk makanan tercatat menyumbang pendapatan sebesar Rp 868,94 miliar atau setara dengan 15,76% dari total pendapatan CPRO di sembilan bulan pertama tahun 2019. Adapun pendapatan sisanya berasal dari penjualan benur dan lain-lain.

Adanya penurunan aktivitas budidaya ikan dan udang diamini oleh Arman. Menurutnya, permintaan pakan ikan dan udang melesu di tengah penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Seiring dengan hal ini, utilisasi produksi produk pakan hewan CPRO menurun sebesar 10%-15%, sehingga tingkat utilisasi produksi pakan udang  dan ikan masing-masing berada di level 60% dan 80% dari kapasitas terpasang.

Baca Juga: Topang agenda ekspansi, CPRO anggarkan belanja modal US$ 8 - US$ 10 juta tahun depan

“Penurunan revenue sekitar 10%-15% dari kondisi normal karena ada kekhawatiran dari Petambak ikan dan udang dengan adanya  PSBB akan menghambat penjualan hasil produksi mereka,” jelas Arman.

Selain menggarap pasar ekspor baru, CPRO juga akan terus mengembangkan penjualan ekspor produk makanan ke target pasar ekspor eksistensi guna mengimbangi permintaan segmen pakan yang menurun di domestik. Asal tahu saja, sebelumnya CPRO telah melakukan penjualan ekspor ke Amerika, Eropa, China, dan Jepang. 

Sepanjang Januari - September 2019, penjualan luar negeri tercatat menyumbang pendapatan sebesar Rp 656,04 miliar atau setara 11,90% dari total penjualan sebesar Rp 5,51 triliun. Sisanya berasal dari penjualan dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×