kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jaga Market Share Tahun Ini, Latinusa (NIKL) Targetkan Utilisasi Produksi 94%-95%


Kamis, 31 Maret 2022 / 17:14 WIB
Jaga Market Share Tahun Ini, Latinusa (NIKL) Targetkan Utilisasi Produksi 94%-95%
ILUSTRASI. Pekerja PT Latinusa sebagai anak perusahaan PT Krakatau Steel mengemas tinplate atau lembar timah di kawasan Industri Cilegon Banten (1/9). Pho KONTAN/Achmad Fauzie/1/9/2009


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pelat Timah Nusantara Tbk atau Latinusa menargetkan bisa mempertahankan pangsa pasar di tahun 2022. Seturut rencana ini, emiten tinplate berkode saham “NIKL” ini menargetkan utilisasi kapasitas produksi sekitar 94%-95%.

Rencana ini disampaikan oleh Direktur Utama NIKL, Jetrinaldi, dalam acara paparan publik yang disiarkan virtual, Kamis (31/3). “Kita tetap berupaya mempertahankan (kinerja) dari segi kuantitas baik itu produksi ataupun (volume) penjualan, termasuk juga kita ingin mempertahankan market share kita,” ujar Jetrinaldi (31/3).

Berdasarkan catatan internal NIKL, tahun lalu NIKL mencatatkan kenaikan volume penjualan 6,83%. Sebagian besar penjualan NIKL tersebut menyasar segmen industri susu dengan porsi kontribusi 27,54% dari total penjualan 2021. Penjualan sisanya menyasar segmen industri biskuit dan permen sebanyak 21,40%, makanan 13,20%, kimia 18,18%, cat 15,23%, kaleng umum 2,33%, minyak goreng 1,99%, serta buah dan minuman 0,13%.

Dengan volume penjualan yang dicatatkan, NIKL mengempit pangsa pasar atawa market share 63% di pasar domestik pada tahun 2021, turun tipis dibanding market share NIKL di tahun 2020 yang sebesar 64%. Menurut catatan NIKL, sebanyak 37% pangsa pasar domestik sisanya diisi oleh tinplate impor.

Baca Juga: Penjualan Tumbuh 13,62%, Laba Kalbe Farma (KLBF) Naik Jadi Rp 3,18 Triliun di 2021

Pertumbuhan penjualan NIKL diiringi dengan kenaikan harga jual. Walhasil, NIKL membukukan pertumbuhan omset alias revenue hingga 45,60% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula US$ 144,72 juta di tahun 2020 menjadi US$ 210,73 juta di tahun 2021.

Dari hasil penjualan itu, NIKL mengantongi laba bersih tahun berjalan sebesar US$ 5,85 juta di tahun 2021. Raihan tersebut meroket 115,70% jika dibandingkan dengan perolehan laba bersih tahun berjalan NIKL di tahun 2020 yang sebesar US$ 2,71 juta.

Menurut Jetrinaldi, NIKL masih akan menjadikan segmen industri makanan dan minuman sebagai target pasar utama di tahun 2022. Hal ini lantaran penjualan tinplate ke segmen tersebut mampu memberikan margin yang lebih baik dibandingkan segmen-segmen lainnya. Jetrinaldi tidak merinci berapa besar margin yang dimaksud.

Meski membidik volume produksi dan penjualan yang kurang lebih sama dibanding tahun lalu, NIKL memproyeksikan adanya potensi penurunan kinerja pada sisi keuangan pada tahun 2022 dibanding tahun 2021. Menurut perkiraan NIKL, potensi penurunan kinerja keuangan ini bisa mencapai sekitar 40% dibanding tahun 2021.

“Kami asumsikan kondisi tight supply sudah mulai berkurang (di tahun 2022), sehingga otomatis kita secara volume kita tetap pertahankan sebagaimana yang kita capai di tahun 2021, cuman secara margin kita asumsikan sudah berbeda atau sudah lebih rendah,” terang Jetrinaldi.

Baca Juga: Pendapatan dan Laba Mitra Pinasthika (MPMX) Kompak Naik Sepanjang Tahun 2021

Sampai tutup tahun nanti, NIKL menganggarkan belanja modal atawa capital expenditure (capex) yang kurang lebih sama dengan tahun 2021 lalu, yakni kurang lebih US$ 2 juta dari kas internal perusahaan. Anggaran tersebut rencananya akan NIKL gunakan untuk mendukung produktivitas perusahaan.

NIKL belum memiliki rencana ekspansi untuk mengerek kapasitas produksi, meski utilisasi kapasitas produksi perusahaan sudah di atas 90%. “Dari pemegang saham belum ada untuk merencanakan kenaikan kapasitas, lebih utama bagaimana kita mengoptimalisasikan kapasitas yang ada dulu,” tutur Jetrinaldi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×