Sumber: Kompas.com | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Kendati Jakarta telah bertransformasi menjadi lahan subur bagi peritel dengan merek mewah internasional, namun koleksi pusat belanja dengan klasifikasi serupa tak kunjung bertambah.
Hingga saat ini, Jakarta masih setia dengan empat pusat belanja mewah yang berada di kawasan pusat bisnis terpadu. Keempat mal tersebut adalah Plaza Indonesia, Plaza Senayan, Grand Indonesia, dan Pacific Place.
Menurut CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, kedudukan keempatnya sebagai pusat belanja paling mewah di Jakarta, bahkan seluruh Indonesia belum tergantikan. Kendati bermunculan pusat belanja baru, paling mutakhir LOVE @Ciputra World Jakarta, tetap tak bisa mengubah imej masyarakat terhadap keempatnya.
"Performa pusat belanja mewah itu dapat dikatakan terus tumbuh positif. Tingkat okupansi keempatnya rata-rata di atas 90%. Dalam perkembangan aktual, beberapa dari mereka berupaya untuk mendatangkan brand baru tetapi ada juga yang lebih memanjakan pengunjungnya dengan berlomba membuka fine dining outlet," papar Hendra kepada Kompas.com, Sabtu (28/12).
Kemewahan pusat belanja tak hanya dapat dilihat dari kualitas bangunan, baik material maupun desain interior, melainkan juga penyewa atau peritel yang mengisinya. Peritel pun ada klasifikasinya, yakni kelas mewah, atas, menengah atas, menengah dan menengah bawah.
Harga sewa pusat belanja mewah tersebut rata-rata di atas Rp 1 juta per meter persegi per bulan untuk lantai dasar. Nah, peritel yang mengisi keempat pusat belanja itu bisa dikategorikan kelas butik, sebut saja Louis Vuitton, Cartier, Prada, Hermes, Gucci, TOD'S, Bally, Aigner, Chanel, Ermenegildo Zegna dan lain sebagainya. Desain interior gerai merek-merek ini dirancang dengan konsep khusus seeksklusif dan semewah mungkin, sehingga menonjolkan karakter merek itu sendiri.
Kehadiran merek-merek mewah dan juga kelas menengah internasional lainnya seperti Massimo Dutti, Stradivarius, Mango, sekaligus menguatkan posisi Jakarta sebagai salah satu destinasi wisata belanja di Asia.
Berdasarkan riset Jones Lang LaSalle, posisi Indonesia sangat penting bagi peritel asing. Indonesia saat ini memiliki 45 juta orang yang termasuk kategori mampu membelanjakan uangnya di luar kebutuhan pokok. Pendapatan per kapita juga meningkat menjadi US$ 3.500.
Selain itu, orang Indonesia juga sangat royal dalam berbelanja terutama untuk makanan dan minuman serta pakaian. Mereka menghabiskan US$ 75 miliar untuk kuliner. Sementara konsumsi untuk pakaian dan apparel lainnya sebesar US$ 22 miliar.
"Indikator tersebut merupakan pendorong utama mengapa sektor ritel mengalami pertumbuhan positif dalam tiga tahun terakhir," papar Head of Research Jones Lang LaSalle Anton Sitorus kepada Kompas.com, Rabu (17/4).
Selain itu, tingkat kunjungan yang relatif tinggi juga menjadi daya tarik peritel asing untuk membuka gerai-gerai perdananya di mal-mal Jakarta, sebagaimana dipaparkan Senior Associate Director and Head of Research & Advisory Cushman & Wakefield Indonesia, Arief N Rahardjo, Kamis (17/10).
Berikut profil keempat pusat belanja tersebut:
Plaza Indonesia
PT Plaza Indonesia Realty Tbk mulai mengoperasikannya sejak Maret 1990. Plaza Indonesia berdiri di atas lahan seluas 38.050 m2 dengan luas bangunan 62.747 m2. Terdiri atas 4 lantai ruang ritel dan area parkir 2 setengah lantai. Sejak Januari 2009, terdapat ekspansi ruang seluas 42.325 m2, sehingga total toko yang dimiliki saat ini sejumlah 433 unit.
Inilah pusat belanja yang sampai sekarang menjadi barometer pusat belanja mewah lainnya di Indonesia. Semua merek mewah yang hadir di sini, hampir dipastikan terdapat juga di pusat belanja mewah lainnya.
Pacific Place
Lokasi pusat belanja yang dibangun Dua Mutiara Group ini berada di dalam area Central Business District (CBD) Sudirman, Jakarta Selatan. Pusat belanja ini merupakan bagian dari mixed use development yang terdiri atas One Pacific Place Office, The Ritz-Carlton Hotel, dan The Ritz-Carlton Residence. Pacific Place mulai dibuka pada November 2007. Selain Louis Vuitton, Hard Rock Cafe, TOD'S, Cavalli, telah dibuka department store mewah asal Perancis, yakni Galeries Lafayette.
Plaza Senayan
Yang menarik dari mal ini adalah jam raksasa (Marygold Clock) yang merupakan jam musikal danĀ dapat memainkan musik setiap jam. Jam ini dibuat oleh Seiko. PT Senayan Trikarya Sempana membangun mal yang dibuka 1996 ini dengan luas bangunan mencapai 130.500 m2.
Grand Indonesia
Djarum Group melalui PT Grand Indonesia mengembang Grand Indonesia Shopping Town yang terdiri atas tiga bagian: East Mall, West Mall dan sebuah Skybridge yang menghubungkan kedua bagian tersebut. Skybridge tersedia di lantai 1, 2, 3, 3A, dan 5 dengan sebuah foodcourt berkonsep Food Louver yang berada di lantai 3.
Mal ini dibuka untuk umum pada April 2007. Pusat belanja ini sempat mencatat sejarah karena merupakan yang pertama memiliki wahana Magic Fountain Show, tempat air mancur menari dan bernyanyi yang dipertunjukkan setiap satu jam sekali dengan pertunjukan, dan warna warni lampu. (Hilda B Alexander)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News