Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Pengoperasian kembali jalur angkutan peti kemas rute Gede Bage, Bandung-Tanjung Priok, Jakarta sejak Juni 2016 lalu mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah Jawa Barat. Selain itu, hal ini menjawab tantangan industri nasional dalam hal distribusi.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, apalagi Presiden Joko Widodo selalu menekankan agar proses dwelling time dapat dipercepat dan infrastruktur diperkuat. Pengaktifan kembali rute Gede Bage-Tanjung Priok mempermudah aktivitas para pengusaha khususnya di Jawa Barat.
“Jalur ini merupakan dream comes true pengusaha di Jabar, karena beberapa waktu lalu baru sampai Pasoso dan sekarang sudah bisa sampai ke JICT. Alhamdulillah, ini sudah selesai,” kata Airlangga dalam keterangan resmi kepada KONTAN Jumat (13/1).
Rute tersebut dibangun atas kerja sama PT Kereta Api Indonesia dengan PT KA Logistik, anak perusahaan IPC PT Multi Terminal Indonesia dan PT Mitra Adira Utama.
Setelah beroperasi kembali, Pelindo dan KAI tetap meningkatkan pelayanan rute supaya hasilnya maksimal. Direktur Utama Pelindo II Elvyn G Masassya mengatakan, pihaknya secara bertahap akan memperbaiki layanan operasional peti kemas dan penyediaan infrastruktur yang lebih baik.
Sementara itu, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Edi Sukmoro menyatakan, pihaknya siap mengangkut dan melayani distribusi barang pada jalur peti kemas Gedebage-Tanjung Priok. Guna melayani angkutan tersebut, perseroan ini mempersiapkan empat jadwal keberangkatan.
KAI menyiapkan gerbong datar 42 ton sebanyak 53 unit dan gerbong datar 46 ton sebanyak 14 unit (untuk high cuber), lokomotif sebanyak dua unit dan satu unit cadang. "Kapasitas volume per hari sebesar 120 TEU per hari atau setara 2.400 ton per hari," jelas Edi.
Erlangga mengungkapkan, selama ini industri di Jawa Barat telah berkontribusi besar dalam perekonomian Indonesia karena 30% kawasan industri berlokasi di Jawa Barat. Hingga tahun 2014, beberapa industri besar dan sedang di provinsi ini, antara lain industri makanan sebanyak 1.037 perusahaan, tekstil sebanyak 851 perusahaan, pakaian jadi 740 perusahaan, kulit dan alas kaki sebanyak 205 perusahaan, serta karet dan plastik sebanyak 390 perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News