Reporter: Handoyo | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk melebarkan sayap bisnis penggemukan sapi potong atau feedlot hingga ke China. Japfa melalui anak usahanya yaitu PT Santosa Agrindo (Santori), akan membangun peternakan sapi potong di awal 2013 ini.
Dayan Antoni, Head of Government Relation and Business Development Santori, mengatakan ekspansi Japfa merupakan terobosan baru. "Selama ini tidak ada perusahaan penggemukan sapi asing yang masuk China," ungkap dia, akhir pekan lalu.
Bisnis penggemukan sapi di Indonesia yang kurang kondusif mendorong Japfa membidik peluang pasar luar negeri. Seperti diketahui, pemerintah terus memangkas secara signifikan alokasi impor sapi bakalan dari tahun ke tahun. Di sisi lain, pasokan sapi lokal belum dapat diandalkan secara berkesinambungan.
Santori dan anak usahanya, PT Austasia Stockfeed, mendapat jatah impor sapi bakalan di 2013 hanya sekitar 31.000 ekor. Jumlah ini menyusut 24,39% dibanding jatah 2012 yang mencapai 41.000 ekor.
Japfa akan membangun fasilitas penggemukan sapi di Hekou, Provinsi Shandong, China. Meski enggan menyebutkan nilai investasinya, target
produksi penggemukan sapi ini mencapai 90.000 ekor per tahun atau 30.000 ekor per siklus (tiga-empat bulan).
Lahan yang dibutuhkan untuk penggemukan sapi diperkirakan mencapai 200 hektare, sementara lahan pertanian sumber pakan hijau sekitar
500 ha. Bibit sapi bakalan berasal dari sapi setempat.
Dayan mengklaim fasilitas penggemukan sapi milik Japfa merupakan yang terbesar di Negeri Tembok Raksasa tersebut. Seperti di Indonesia, fasilitas penggemukan sapi di China kebanyakan beroperasi dengan skala usaha kecil menengah (UKM). Sedangkan volume produksinya diperkirakan paling banyak 50.000 ekor sapi per tahun.
Proses pembangunan fasilitas penggemukan sapi di China membutuhkan waktu sekitar enam bulan. Manajemen Santori optimistis pada paruh kedua tahun depan dapat mengoperasikan fasilitas penggemukan sapi tersebut.
Grup Japfa tertarik berinvestasi di China lantaran populasi masyarakat di negara itu cukup besar. Provinsi Shandong, misalnya, memiliki penduduk sebanyak 95 juta jiwa. Sedangkan di provinsi lain seperti Hebei, Henan, Anhui, Shanxi dan Jiangsu tercatat jumlah total penduduk sekitar 500 juta jiwa. Di China, jumlah penduduk muslim mencapai kurang lebih 120 juta orang. Masyarakat muslim tentu mengkonsumsi produk halal, salah satunya sapi. "Kondisi inilah yang membuka peluang kami masuk ke China," ungkap Dayan.
Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya, Sarman Simanjorang mengatakan, wajar bila perusahaan penggemukan sapi memilih mengembangkan usaha di luar negeri. "Perusahaan tentu sangat membutuhkan kepastian untuk berusaha," kata dia.
Dengan ketatnya alokasi impor sapi di Indonesia, Sarman khawatir akan semakin mendorong perusahaan lain berinvestasi ke luar negeri. Saat ini Santori memiliki dua feedlot. Satu berlokasi di Lampung yang menggemukkan sapi ex-impor dengan kapasitas 40.000 ekor, satu feedlot lagi di Jawa Timur yang menggemukkan sapi lokal dengan kapasitas 15.000 ekor. Santori juga punya satu unit rumah potong hewan (RPH) kelas A dengan standard ekspor dan ISO 2200:2500 di Serang, Banten.
Pada 2007, Santori mengawali usaha pembibitan melalui Austasia Breeding Centre di Lampung berkapasitas 20.000 ekor. Saat ini populasi sapi pembibitan Santori mencapai 14.000 ekor, terdiri dari 8.000 ekor sapi indukan dan 6.000 ekor sapi anakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News