Reporter: Herry Prasetyo | Editor: Imanuel Alexander
Jakarta. Koneksi internet Anda lelet? Tenang, Anda tidak sendirian. Bagi yang punya akses internet cepat, jangan pula buru-buru bangga. Dibandingkan dengan negara lain, kecepatan akses internet Indonesia memang terbilang masih berjalan bak siput.
Dibandingkan negara-negara di ASEAN, kecepatan rata-rata koneksi internet di Indonesia termasuk nomor tiga paling lambat. Mengutip data Household Downlod Index pada Rabu (6/8) lalu, rata-rata kecepatan akses internet di Indonesia hanya 4,65 Mbps. Koneksi internet Indonesia hanya lebih cepat ketimbang Laos dan Filipina, yang masing-masing memiliki kecepatan rata-rata sebesar 4,09 Mbps dan 3,41 Mbps.
Household Download Index diperoleh berdasarkan jutaan hasil tes dalam sebulan terakhir yang dilakukan Ookla, penyedia situs uji kecepatan internet speedtest.net. Indeks itu membandingkan dan memeringkat kecepatan unduh oleh pengguna internet di seluruh dunia.
Berdasarkan indeks tersebut, kecepatan koneksi internet Indonesia ternyata jauh di bawah Singapura maupun Thailand. Bahkan, koneksi internet di Vietnam, Myanmar, dan Kamboja lebih cepat ketimbang Indonesia.
Di dunia, peringkat kecepatan rata-rata koneksi internet Indonesia juga tidak membanggakan. Dari 192 negara yang masuk dalam Household Download Index, Indonesia hanya berada di peringkat ke-142. Menurut indeks tersebut, posisi Indonesia berada di bawah negara-negara Afrika, seperti Zimbabwe dan Kenya.
Budi Setiawan, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), mengakui, secara rata-rata, kecepatan koneksi internet Indonesia kalah dibanding beberapa negara tetangga. Sebab, untuk memperoleh akses internet kecepatan tinggi, mau tidak mau harus menggunakan jaringan fixed broadband kabel serat optik.
Padahal, jaringan internet Indonesia saat ini masih mengandalkan mobile broadband. Jaringan nirkabel seperti 3G, misalnya, paling banter hanya bisa menyediakan kecepatan koneksi sebesar 1 Mbps. Selain itu, jaringan 3G juga belum merata lantaran hanya ada di kota-kota besar.
Berbeda dengan jaringan nirkabel, jaringan fi xed broadband alias pita lebar tetap bisa memberikan kecepatan hingga 50 Mbps. Pengguna internet yang menggunakan jaringan serat optik tentu bisa menikmati akses internet supercepat. Masalahnya, sekitar 90% jaringan internet di Indonesia tidak menggunakan jaringan serat optik. “Itu sebabnya, kalau dibikin rata-rata, kecepatan koneksi internet kita selalu paling lambat,” kata Budi.
Minimnya penggunaan jaringan internet melalui kabel serat optik tentu bukan tanpa alasan. Kasubdit Pos, Telekomunikasi, dan Informatika Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Mira Tayyiba mengatakan, kondisi geografi s Indonesia yang luas dan berupa kepulauan menjadi kendala dalam pembangunan jaringan serat optik. Itu sebabnya, sebagai solusi, penyelenggara jaringan internet lebih memilih menggunakan jaringan nirkabel. “Vietnam bisa menggelar jaringan kabel optik karena wilayahnya daratan semua,” imbuh Budi.
Taufi k Hasan, anggota Dewan Profesi dan Asosiasi Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), mengatakan, kondisi geografis Indonesia tidak bisa dijadikan alasan koneksi internet yang lambat. Sebaliknya, kondisi geografi s seharusnya menjadi tantangan bagi pembangunan jaringan internet.
Masalah infrastruktur
Memang, buruknya koneksi internet bukan semata-mata kesalahan wilayah geografis. Ketua Umum Mastel Setyanto P. Santosa mengatakan, koneksi internet lambat disebabkan infrastruktur jaringan internet yang sangat buruk. Selama ini, pemerintah juga tidak pernah menaruh perhatian kepada pembangunan infrastruktur internet. “Pemerintah tidak pernah mengalokasikan dana untuk membangun jaringan internet yang bagus,” katanya.
Samuel Abrijani Pangerapan, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJI), mengamini, infrastruktur internet di Indonesia terbilang minim. Seperti pembangunan jalan raya, pembangunan infrastruktur internet kalah cepat ketimbang pertumbuhan penggunanya. Survei APJI menyebutkan, jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 71,18 juta pengguna. Penetrasi pengguna internet sebesar 28,8% dari total populasi.
Karena itu, Setyanto mengatakan, pembangunan pita lebar alias broadband harus menjadi prioritas. Selama ini, pemerintah
menyerahkan pembangunan jaringan internet kepada penyelenggara jaringan. Nah, mulai saat ini, pemerintah harus mulai membangun jaringan pita lebar di Indonesia. Sebab, pembangunan infrastruktur merupakan tugas pemerintah.
Pemerintah harus mulai memperlakukan jaringan pita lebar sebagai salah satu infrastruktur ekonomi sebagaimana jalan raya ataupun pelabuhan. Kalau perlu, pemerintah periode mendatang harus menempatkan Kementerian Kominfo di bawah Kementerian Koordinator Perekonomian. Sebab, jika masih di bawah Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Kominfo hanya akan mengurusi masalah keamanan internet dan pornografi . “Kominfo tidak akan pernah memikirkan aspek ekonomi,” kata Setyanto.
Mira mengatakan, infrastruktur data di Indonesia memang harus segera dibenahi. Itu sebabnya, sejak 2012, pemerintah mulai menyusun peta jalan pembangunan pita lebar di Indonesia. Mei lalu, pemerintah telah merampungkan dokumen bertajuk Rencana Pita Lebar Indonesia 2014–2019. Saat ini, pemerintah tengah menggodok rancangan peraturan presiden yang akan menjadi landasan hukum dokumen tersebut. Jadi, mari berharap, rencana itu tak sekadar wacana.
***Sumber : KONTAN MINGGUAN 45 - XVIII, 2014 Laporan Utama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News