Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
"Jadi bagaimana industri logistik ke depan, saya melihat tergantung bagaimana masa pandemi bisa segera berhenti. Bagaimana pun juga daya beli masyarakat tetap menjadi isu utama yang harus menjadi keprihatinan bersama bila pandemi berlanjut. Kondisinya akan memburuk apabila pandemi berkelanjutan," sambung Feriadi.
Dia optimistis, industri logistik tetap akan menarik meski dalam kondisi normal. Di sisi lain, dengan hambatan masuk (barriers to entry) yang relatif kecil, pebisnis dan investor pun bisa lincah mengembangkan usaha di sektor logistik.
Perusahaan logistik pun semakin marak dengan pilihan layanan yang kian beragam. Maraknya investasi di sektor logistik diharapkan bisa membuat industri jasa pengiriman ini kian kompetitif sehingga menimbulkan persaingan sehat dan masyarakat bisa punya lebih banyak pilihan layanan.
"Saya percaya bahwa kondisi di atas akan melahirkan perbaikan pelayanan yang lebih baik. Yang kami jaga adalah bagaimana tetap terjadi persaingan usaha yang sehat. Persaingan harus diposisikan sebagai perlombaan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat," ujar Feriadi.
Sebagai informasi, secara nasional saat ini Asperindo memiliki sebanyak 367 anggota. Feriadi mengungkapkan bisnis logistik sekarang tak bisa dilepaskan dari digitalisasi. Selain itu, usaha jasa pengiriman memerlukan investasi pada ruangan (gudang penyimpanan), sumber daya manusia, alat-alat kerja, dan dengan sistem operasi 24 jam diperlukan kesiapan Teknologi Informasi (ICT).
"Yang terakhir itu sering disebut digitalisasi. ICT di logistik bukan barang baru, tapi sekarang perusahaan yang tidak enggage dengan ICT akan punah," pungkas Feriadi.
Selanjutnya: Perusahaan logistik mendukung UMKM mengembangkan produk lokal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News