kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,22   7,82   0.87%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jatuh bangun pedagang di pusat perbelanjaan bertahan dari terjangan pandemi


Jumat, 13 Agustus 2021 / 08:05 WIB
Jatuh bangun pedagang di pusat perbelanjaan bertahan dari terjangan pandemi


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi covid-19 memporak-porandakan denyut bisnis di mal dan pusat perbelanjaan. Gerai-gerai yang semula dipadati pengunjung, kini sepi. Bahkan banyak yang sudah berhenti beroperasi.

Di Pusat Grosir Cililitan (PGC) Kramat Jati, Jakarta Timur, misalnya. Suasana lengang datang menyambut pengunjung. Di lantai 3, normalnya masyarakat berdesakan untuk melakukan jual beli atau service handphone. Namun kini, suasana tampak sepi.

Pengunjung berkurang karena pandemi ataupun sudah bertransformasi melakukan transaksi secara online. Dalam reportase Kontan.co.id pada Kamis (12/8) siang, para pedagang kembali berusaha memulihkan bisnisnya yang sempat tutup lantaran mengikuti kebijakan PPKM Darurat.

Mugiyanto, salah seorang penjaga toko Pluto Prima Selular berujar, terjadi penurunan omzet yang signifikan selama pandemi. Beruntung, merosotnya penjualan bisa ditahan, lantaran sang pemilik kios cukup lincah mengubah pola bisnisnya sehingga tidak lagi hanya bertumpu pada penjualan secara offline.

Dengan mengandalkan penjualan via online di marketplace, laju penurunan omzet bisa ditahan tidak lebih dari 50%. "Alhamdulillan (penjualan) di online kencang, jadi kebantu banget," kata Mugiyanto kepada Kontan.co.id, Kamis (12/8).

Meski begitu, kebijakan buka-tutup pusat perbelanjaan dirasa menahan laju pemulihan bisnis. Mugiyanto bilang, asa para pelaku usaha sempat mencuat ketika terjadi peningkatan omzet pada masa awal tahun hingga setelah Lebaran. 

Baca Juga: Stimulus membludak, dunia usaha butuh dorongan permintaan

Namun, ketika kasus covid-19 kembali meroket dan diberlakukan PPKM Darurat, usaha sempat terhenti lantaran kios harus ditutup. Pelaku usaha yang tidak mampu bertahan berada pada pilihan yang sulit dihindari: pengurangan karyawan.

Hal itu dialami oleh puluhan kios di PGC. "Masyarakat ketar-ketir cari duit. Sedihnya sih banyak pengurangan (karyawan), sekarang kan banyak yang tutup," kata Mugiyanto sambil menunjuk kios yang tutup di sekelilingnya.

Mugiyanto merasa masih cukup beruntung, semasa PPKM darurat, dia tak perlu sampai turun ke jalan untuk mencari pelanggan. Lain hal nya dengan Etock, pegawai di salah satu service handphone di PGC. 

Etock, bersama puluhan rekannya sempat berusaha hingga ke pinggir jalan raya. Hal itu terpaksa dilakukan karena mereka tak punya pilihan lain. Sementara itu, kebutuhan hidup masih harus tetap dipenuhi, begitu juga setoran kepada pemilik kios dan sewa kepada pengelola.

"Ya bagaimana lagi, untuk menyambung hidup, urus keluarga, bayar kost. Sewa tetap jalan, setoran ke bos juga. Mau nggak mau, kami turun ke pinggir jalan," ujarnya.

Etock memberikan gambaran, sebelum pandemi, ia dan dua rekannya bisa mendapatkan omzet hingga Rp 1 juta per hari. Rp 300.000 disetorkan kepada pemilik kios. Sisanya dibagi tiga. Namun setelah pandemi, omzet Etock anjlok hingga 80%, menjadi sekitar Rp 200.000 - Rp 300.000. Selama berjibaku mencari pelanggan di pinggir jalan, omzet Etock turun, menjadi maksimal Rp 150.000 sehari.

Oleh sebab itu, dia bersyukur PGC bisa kembali buka. Sejak 1 Agustus 2021, sudah diuji coba buka gerai dari jam 10.00 sampai dengan 15.00 WIB. Mulai 10 Agustus 2021, jam operasional bisa buka hingga 20.00 WIB.

Baca Juga: Vaksin saja tidak cukup, PHRI minta pemerintah pangkas harga testing Covid-19




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×