Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan pengelola Taman Hiburan Jaya Ancol, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, akan menggenjot pengembangan bisnis hiburan dan properti. Perusahaan tersebut mengalokasikan Rp 1 triliun untuk ekspansi.
Perusahaan dengan kode saham PJAA di Bursa Efek Indonesia ini mengalokasikan mayoritas dana ekspansi Rp 1 triliun tadi untuk menyokong pengembangan bisnis rekreasi dan properti. Jaya Ancol merencanakan penambahan wahana rekreasi baru pada tahun ini hingga tahun 2020.
Di bisnis properti, Jaya Ancol akan mengembangkan proyek gedung bertingkat, memanfaatkan cadangan lahan (landbank) seluas 15 hektare (ha). PJAA akan menjalin kerjasama untuk mengembangkan bisnis properti ini.
Jaya Ancol telah meneken nota kesepahaman dengan dengan pengembang properti asal Australia. Namun, manajemen Jaya Ancol merahasiakan identitas mitra bisnis dan nilai investasi proyek. "Kami investasi di tanah, mereka investasi di bangunan," kata Agung Praptono, Sekretaris Perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk kepada Kontan.co.id, Senin (19/3).
Selain bisnis taman hiburan properti, Jaya Ancol merambah bisnis jalan tol. Usaha ini dikendalikan oleh PT Jakarta Tollroad Development.
Jaya Ancol ikut ambil bagian dalam penyertaan saham di di Jakarta Tollroad senilai Rp 192,9 miliar. Lewat skema itu, PJAA memiliki 25,15% saham Jakarta Tollroad.
Jakarta Tollroad menangani pembangunan enam ruas jalan tol layang sepanjang 69,7 kilometer (km). Keenamnya meliputi dua ruas Semanan-Pulo Gebang, Kasablanka-Kemayoran, Duri-Kasablanka, Ulujami-Kasablanka dan Pasar Minggu-Kasablanka. Sejauh ini, sejumlah proyek tersebut belum berjalan.
Ihwal pemenuhan anggaran ekspansi senilai Rp 1 triliun, Agung menyatakan, Jaya Ancol akan memenuhi dari sejumlah sumber. Selain dari kas internal, Jaya Ancol akan memanfaatkan dana hasil penawaran umum berkelanjutan (PUB) tahun 2016 yang mencapai Rp 1 triliun.
Tahun 2017, perusahaan ini mencairkan Rp 300 miliar hasil PUB. Jadi, masih tersisa sebesar Rp 700 miliar.
Sebagai catatan, sampai akhir tahun 2017, posisi kas dan setara kas Jaya Ancol turun 43,57% year on year (yoy) menjadi Rp 425,4 miliar. Sebab, Jaya Ancol harus membayar sejumlah kewajiban yang jatuh tempo.
Misalnya, utang bank senilai Rp 140 miliar, utang obligasi Rp 200 miliar, dan dividen Rp 49,5 miliar. "Kami juga membayar pemasok sekitar Rp 100 miliar-an," kata Agung.
Sementara pinjaman dari Bank Mandiri akhir tahun lalu untuk membiayai operasional dan modal kerja. Jaya Ancol memiliki plafon utang sebesar Rp 200 miliar di bank itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News