kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jelang Lebaran ekspor CPO turun


Rabu, 17 Juni 2015 / 14:23 WIB
Jelang Lebaran ekspor CPO turun


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Pengusaha kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) mengeluhkan menurunnya ekspor CPO menyambut bulan suci ramadan 2015 ini. Hal itu disebabkan turunnya ekspor CPO asal Indonesia ke sejumlah negara yang mayoritas berpenduduk muslim. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat, selama bulan Mei 2015 lalu, ekspor CPO turun 1,7% dibandingkan bulan April 2015.

Direktur Eksekutif GAPKI Fadhil Hasan mengatakan ekspor CPO pada Mei 2015 sebesar 2,22 juta ton atau lebih rendah dari April sebesar 2,25 juta ton. Kendati ada penurunan ekspor minyak sawit pada bulan Mei, secara year-on-year ekspor minyak sawit Indonesia tumbuh cukup baik yaitu sekitar 26% dari periode Januari-Mei 2015 dibandingkan yang sama tahun lalu atau dari 8 juta ton Januari-Mei 2014 tumbuh menjadi 10,1 juta ton periode yang sama 2015.

Fadhil menerangkan, volume ekspor minyak sawit Indonesia menurun signifikan ke Bangladesh yaitu sekitar 43% meskipun secara kuantitas volume ekspor ke Bangladesh tidak besar. Bulan April lalu volume ekspor ke Bangladesh mencapai 70,9 ribu ton dan pada Mei ini turun menjadi 40,3 ribu ton.

"Hal ini sangat mengejutkan karena Bangladesh diketahui berpenduduk mayoritas muslim," ujar Fadhil, Rabu (17/6).

Menurutnya, situasi politik di dalam negeri diduga menjadi faktor pelemahan permintaan dari Bangladesh.

Seperti yang diketahui sejak Maret lalu Partai Nasionalis Bangladesh memblokade titik-titik utama pintu masuk dan keluar kota Bangladesh sebagai ketidakpuasan dari ditangkapnya pimpinan partai tersebut. Hal ini menyebabkan pasokan barang ke dalam negara tersebut berkurang karena kendaraan yang membawa dihentikan dan sebagian diserang.

Gapki juga mencatat, volume ekspor minyak sawit Indonesia ke India di Mei ini juga membukukan penurunan 21% atau dari 631.000 ton pada April menurun menjadi 501.000 ton di bulan Mei ini.

Penurunan volume ekspor juga dicatatkan oleh negara Afrika sebesar 26%, negara Uni-Eropa 10% dan negara Timur Tengah 1,5%. Penurunan permintaan dari pasar global akan minyak sawit ini disebabkan harga minyak kedelai yang turun karena melimpahnya stok di Amerika Selatan, Brazil dan Argentina. Demonstrasi di pelabuhan Argentina juga sudah melambat sehingga transport kedelai sudah mulai bisa disalurkan keluar.

Sementara itu Pakistan mencatatkan peningkatan cukup signifikan yaitu sebesar 45% atau dari 152.000 ton pada April meningkat menjadi 221.000 ton. Peningkatan permintaan sebagai stok menjelang ramadan di mana konsumsi minyak makan diprediksi meningkat. Peningkatan permintaan minyak sawit juga dibukukan Amerika Serikat sebesar 26% dan China 18%. Penguatan mata uang dollar AS adalah salah satu faktor pendukung naiknya volume ekspor ke negara Paman Sam ini.

Fadhil bilang dari sisi harga, harga rata-rata CPO global pada Mei 2015 masih stagnan dan cenderung menurun dibandingkan bulan lalu. Harga rata-rata Mei hanya mampu bertengger di US$ 653,2 per metrik ton dengan pergerakan harga harian di kisaran US$ 642,50 – US$ 665 per metrik ton.

Sementara itu, harga harian CPO global dua pekan pertama Juni lebih bergairah, harga harian pada pekan pertama menunjukkan sedikit kenaikan dan agak stabil di kisaran US$672 – US$ 680 per metrik ton. Akan tetapi pada pekan kedua harga kembali mulai melorot di kisaran US$662 – US$ 670 per metrik ton. GAPKI menilik harga CPO hingga akhir Juni masih akan stagnan dan bergerak di kisaran harga US$ 640 - US$ 680 per metrik ton.

Untuk harga patokan ekspor Juni 2015 ditentukan oleh Kementerian Perdagangan sebesar US$ 604 dan Bea Keluar 0% dengan referensi harga rata-rata tertimbang (CPO Rotterdam, Kuala Lumpur dan Jakarta) sebesar US$ 674,96 per metrik ton. Dengan melihat tren harga CPO global yang bergerak di bawah US$ 750 per metrik ton, Fadhil memperkirakan harga Bea Keluar untuk Juli akan tetap 0%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×